Breaking News

METODE DAKWAH MASYARAKAT PEDESAAN; PENDEKATAN DAN MEDIA


BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Masyarakat pedesaan di tandai dengan pemilihan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setia warga atau anggota masyarakat yang sangat kuat hakekatnya.
Jadi, dapat kami simpulkan bahwa metode dakwah pada masyarakat pedesaan adalah masyarakat desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, dan masyarakat desa memiliki kehidupan yang secara kekeluargaan, hidup bergotong royong dan juga kehidupan religius, dan bagaimana cara mengajak manusia atau masyarakat desa kepada jalan Allah dengan cara yang baik dan ada sistem paksaan.

B.                 Rumusan Masalah
1.                  Jelaskan pengertian dakwah masyarakat pedesaan!
2.                  Jelaskan karakteristik masyarakat pedesaan sebagai objek dakwah!
3.                  Jelaskan penerapan metode dakwah rasulullah pada masyarakat pedesaan!
4.                  Jelaskan metode dakwah pada masyarakat pedesaan!

C.                Tujuan
1.                  Menjelaskan pengertian dakwah masyarakat pedesaan
2.                  Menjelaskan karakteristik masyarakat pedesaan sebagai objek dakwah
3.                  Menjelaskan penerapan metode dakwah rasulullah pada masyarakat pedesaan
4.                  Menjelaskan metode dakwah pada masyarakat pedesaan



BAB II
METODE DAKWAH MASYARAKAT PEDESAAN; PENDEKATAN DAN MEDIA
A.                Pengertian Dakwah Masyarakat Pedesaan
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma, desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto, desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi timbal balik dengan daerah lain.
Metode dakwah pada masyarakat pedesaan adalah cara atau taktik mengajak orang-orang kepada kebaikan dengan beberapa pendekatan agar orang-orang kepada kebaikan dengan beberapa pendekatan agar orang-orang yang di ajak bahagia di dunia maupun di akhirat.
Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat sendiri dan mempunyai latar belakang kehidupan secara kekeluargaan, kebersamaan, dan hidup secara damai dan mempunyai Niniak Mamak dalam suatu masyarakat pedesaan.
Masyarakat pedesaan di tandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang sangat kuat hakekatnya.

B.                 Karakteristik Masyarakat Pedesaan Sebagai Objek Dakwah
Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya karakter atau sifat masyarakat pedesaan di nilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat damai, harmonis yaitu masyarakat yang nyaman dan tentram sehingga orang kota di anggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian, dan kekusutan pikir.

Para pakar sosiologi membuat sejumlah karakter masyarakat pedesaan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.                  Mayoritas latar belakang komunitas desa bermata pencaharian pertanian, baik bertani dengan cocok tanam di ladang ataupun di sawah.
2.                  Karakteristik komunitas desa relatif sederhana, taat pada tradisi, dan agama.
3.                  Masih meyakini adanya hal-hal yang tabu dan mistik.
4.                  Tunduk pada orang yang di anggap tokoh / panutan.
5.                  Kehidupan warganya masih bersikap gotong royong dan masing-masing warganya saling mengenal.
6.                  Etos kerja dan pola kehidupan dalam pengaturan waktunya kurang memperhatikan efisiensi.
7.                  Ketergantungan pada sumber daya alam masih sangat tinggi sesuai dengan hasil pengalamannya sehari-hari.
8.                  Adanya kontrol sosial yang sangat kuat.
9.                  Tingkat mobilisasi masih sangat rendah dan statis.[1]

Roucek dan Werren memberikan beberapa karakteristik masyarakat sebagai berikut :
1.                  Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku.
2.                  Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi.
3.                  Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada.
4.                  Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota, serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar / banyak.[2]

C.                Penerapan Metode Dakwah Rasulullah Pada Masyarakat Pedesaan
Ada beberapa cara penerapan metode dakwah rasulullah pada masyarakat pedesaan, yaitu sebagai berikut :
1.                  Dengan menerapkan metode dan pendekatan struktur dan kultur yang relevan dengan masyarakat kota dan karakteristiknya yang dinamis, rasional, dan demokratis.
2.                  Menerapkan bahasa lisan atau tulisan dengan istilah yang sesuai dengan pola pikir masyarakat desa tersebut.
3.                  Menggunakan karya nyata yang betul-betul menyentuh kebutuhan, dengan memprioritaskan kebutuhan primer.
4.                  Harus ada penerapan masyarakat desa dalam karya nyata melalui pendekatan-pendekatan.
5.                  Kerjasama dengan instansi yang terdapat di desa yang tinggi dan jangkauan aktivitas dinamis.[3]

D.                Metode Dakwah Pada Masyarakat Pedesaan
Metode diartikan sebagai suatu yang di gunakan untuk mengungkapkan cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu terhadap masyarakat desa. Dalam hubungannya dengan dakwah, maka metode dakwah berarti cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan dakwah islam.
Beberapa model metode pengembangan dakwah pada masyarakat pedesaan, sebagai berikut :
1.                  Menggunakan pendekatan bahasa, struktur, dan kultur yang relevan dengan masyarakat pedesaan, sederhana, dapat dipahami, dan sesuai dengan kebutuhan.
2.                  Melalui pendekatan dan kerjasama dengan tokoh panutannya.
3.                  Menggunakan bahasa lisan yang komunikatif dalam penjelasan tentang sesuatu untuk terciptanya kondisi pemahaman, persepsi, dan sikap.
4.                  Menggunakan metode pendekatan karya nyata dengan memprioritaskan kebutuhan yang mendesak dan menyentuh kebutuhan real masyarakat secara umum.
5.                  Melalui pemanfaatan sikap dan karakteristik yang positif yang dimiliki masyarakat pedesaan yaitu ketaatan, gotong royong, dan kepedulian.
6.                  Membantu dalam mencari solusi dari problema sosial, budaya, dan ekonomi yang sedang dihadapi.[4]
Metode dakwah yang cocok untuk masyarakat pedesaan, adalah sebagai berikut :
1.                  Metode al-hikmah
Kata al-hikmah mengandung arti yang beragam yang bersifat eksistensi dari pada konsepsi terdapat kata hikmah tersebut. Cara al-hikmah yaitu suatu cara dalam menyampaikan dakwah yaitu engan cara yang baik dan benar, yaitu dengan melihat situasi dan kondisi objek dakwah serta tingkat kecerdasan penerima dakwah dalam masyarakat pedesaan tersebut.
Pengertian metode dakwah dengan cara hikmah secara luas meliputi cara atau taktik dakwah terhadap masyarakat pedesaan yang di perlukan dalam menghadapi golongan cerdik pandai, golongan awam, dan semua golongan atau lapisan masyarakat pedesaan.
2.                  Metode al-mau’izatil hasanah
Dakwah dengan pelajaran yang baik, di pahami oleh banyak pakar dan penulis kajian ilmu dakwah pada sudut pemahaman yaitu kemampuan juru dakwah dalam memilih materi dakwah itu sendiri.
Dengan cara memberi pengajaran yang baik atau nasehat yang baik, bahwa dakwah yang mampu meresap ke dalam hati dengan halus dan merasuk ke dalam perasaaan dengan lemah lembut, tidak bersikap memarahi atas kesalahan-kesalahan penerima dakwah.

3.                  Metode al-mujadalah
Kata al-mujadalah berarti perdebatan dan pembantahan. Metode dakwah dengan cara al-mujadalah yaitu dengan cara memberi bantahan atau perdebatan dengan cara yang baik terhadap masyarakat pedesaan.

















BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Metode dakwah pada masyarakat pedesaan adalah cara atau taktik mengajak orang-orang kepada kebaikan dengan beberapa pendekatan agar orang-orang kepada kebaikan dengan beberapa pendekatan agar orang-orang yang di ajak bahagia di dunia maupun di akhirat.
Roucek dan Werren memberikan beberapa karakteristik masyarakat sebagai berikut :
1.                  Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku.
2.                  Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi.
3.                  Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada.
4.                  Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota, serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar / banyak.
Beberapa cara penerapan metode dakwah rasulullah pada masyarakat pedesaan, yaitu sebagai berikut :
1.                  Dengan menerapkan metode dan pendekatan struktur dan kultur yang relevan dengan masyarakat kota dan karakteristiknya yang dinamis, rasional, dan demokratis.
2.                  Menerapkan bahasa lisan atau tulisan dengan istilah yang sesuai dengan pola pikir masyarakat desa tersebut.
3.                  Menggunakan karya nyata yang betul-betul menyentuh kebutuhan, dengan memprioritaskan kebutuhan primer.
4.                  Harus ada penerapan masyarakat desa dalam karya nyata melalui pendekatan-pendekatan.
5.                  Kerjasama dengan instansi yang terdapat di desa yang tinggi dan jangkauan aktivitas dinamis.
Metode dakwah yang cocok untuk masyarakat pedesaan, adalah sebagai berikut :
1.                  Metode al-hikmah
2.                  Metode al-mau’izatil hasanah
3.                  Metode al-mujadalah

B.                 Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah yang kami sajikan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami pemakalah dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang membangun guna untuk perbaikan makalah kami di masa yang akan datang.
























DAFTAR PUSTAKA
Muhyidin Asep dan Ahmad Agus Safei. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung : Pustaka Setia. 2002
Team Dosen Fak. Dakwah IAIN IB Padang. Capita Selekta Ilmu Dakwah I. Jakarta : Kartika Insan Lestari. 2003



[1]Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung : Pustaka Setia, 2002, hal : 146
[2] Team Dosen Fak. Dakwah IAIN IB Padang, Capita Selekta Ilmu Dakwah I, Jakarta : Kartika Insan Lestari, 2003, hal : 237
[3] Ibid, hal : 240-241
[4]Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung : Pustaka Setia, 2002, hal : 148

No comments