Skripsi : Pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan
SKRIPSI OLEH LULUK FITRI SUSILOWATI
BP : 1412030074
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kementerian Agama merupakan sub sistem
Pemerintahan Republik Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas pemerintah di bidang agama. Pelaksanaan tugas tersebut, Kementerian Agama
lebih menitikberatkan pada pelayanan masyarakat di bidang agama.
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan adalah salah satu lembaga agama yang mengurus tentang pelaksanaan
keagamaan masyarakat di Pesisir Selatan.Kementerian Agama kabupaten Pesisir
Selatan menajalankan visi dan misi berdasaran keputusan menteri agamaNomor 2
Tahun 2010, Berikut tujuan Kementerian Agama Pesisir Selatan. 1.Meningkatkan kualitas
kehidupan beragama, 2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama,3. Meningkatkan
kualitas Raudhatul Athfal, madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama
dan pendidikan keagamaan, 4.meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji,
5. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.[1]
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 2 Tahun 2010 yang di atas,Kantor Kementerian Agama Kabuaten Pesisir
Selatan membentuk struktur, diantaranya:1. Seksi Bimbingan masayarakat Islam, 2.
Seksi Penyelenggaraan haji dan umrah, 3. Seksi Pendidikan agama Islam, 4.Seksi Pendidikan
diniyah dan pondok pesantren, 5. Kasi Pendidikan madrasah dan penyelenggaraan
syariah, masing-masing dipimpin oleh seorang kepala seksi.
Pelaksanakan program-program di Kementerian
Agama Pesisir Selatan membutuhkan manajemen yang baik. Manajemen suatu hal yang
sangat penting, karena manajemen merupakan proses untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan.[2]Selain
itu manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controling) yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga
manusia dan sumber daya lainnya.[3]
Fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan merupakan faktor penentu
organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
dalam pelaksanaanya perlu manajemen agar suatu
progam organisasi dapat berjalan secara efektif dan efesien.
Dari segi manajemen actuating atau pelaksanaan merupakan fungsi ketiga yang terpenting.
Pelaksanaan atau actuating adalah
perihal suatu fungsi manajemen untuk menggerakkan orang-orang agar bekerja
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut G.Terry dalam Malayu Hasibuan actauting adalah
membuat semua kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta
bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengoransasian.[4]
Penerapan fungsi pelaksanaantidak lepas
dari peran anggota atau karyawan dalam menjalankan tugas yang telah diamanahkan
sebelumnya. Pelaksanaan merupakan penyesuaian tugas kerja sesuai dengan program
kerja yang telah direncanakan dan mempunyai rasa tanggungjawab atas apa yang
telah diamanahkan sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing.
Pekerjaan-pekerjaan yang telah
ditentukan sebelumnya di dalam suatu organisasi hendaklah dibangun bersama-sama
dalam mencapai suatu tujuan bersama. Pekerjaan merupakan suatu tanggungjawab
yang harus dilaksanakan oleh karyawan atau anggota di dalamnya. Keahlian atau
kemampuan sangat diperhitungkan untuk mencapai suatu keberhasilan yang telah
direncanakan sebelumnya.
Tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
dan terlaksanya program yang telah disusun pemerintah baik di dalam kantor atau
di tengah-tengah masyarakat maka pelaksanaan merupakan salah satu faktor
penentu terwujudnya keberhasilan organisasi.
Mencapai tujuan organisasi peran
pelaksanaan sangatlah penting, karena pelaksanaan program dalam organisasi
melihat sejauh mana seorang pegawai atau anggotamenajalankan tugas-tugas yang
telah di amanahkan sesuai dengan penempatan dan kemampuan dibidang
masing-masing. Ayat Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pelaksanaan tersebut antara
lain adalah surat Az-Zumar (39) ayat 39.
ö@è%
ÉQöqs)»t
(#qè=yJôã$#
4n?tã
öNà6ÏGtR%s3tB
ÎoTÎ)
×@ÏJ»tã
( t$öq|¡sù
cqßJn=÷ès?
ÇÌÒÈ
Artinya: Katakanlah “Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan
keadaanmu, Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahu.
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan beralamat di Jalan Imam Bonjol KotaPainan, Kecamatan IV Jurai Kabupaten
Pesisir Selatan. Pembentukan nama Kementerian Agama pada tahun 1946 berdasarkan
Surat penetapan pemerintah Nomor 1/S.D tanggal 3 Januari 1946 (29 Muharam 1365
H) yang dinyatakan: Presiden Republik Indonesia, mengingat; mengusulkan Perdana
Menteri dan Badan Pekerjaan Komite Nasional Pusat, memutuskan: mengadakan
Kementerian Agama[5].
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan
salah satu dari 19 kabupaten atau kota di Provinsi Sumatera Barat, dengan luas
wilayah 5.749,89 Km2.Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terletak di bagian Selatan
Provinsi Sumatera Barat, memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang garis
pantai 234 Km.
Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah Utara
berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan
Propinsi Jambi, sebelah Selatan dengan Propinsi Bengkulu dan sebelah Barat
dengan Samudera Indonesia.[6]
Pada struktur organisasi kantor Kementerian
Agama Pesisir Selatan terdapat satu Kepala Kementerian Agama dan satu Kepala
Sub Bidang Tata Usaha dan enam Kepala Seksi (Kasi) diantaranya: 1. Kasi
Pendidikan Madrasah. 2. Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren. 3. Kasi
Pendidikan Agama. 4. Kasi penyelenggaraan haji dan umrah. 5. Kasi Bimbingan
Masyarakat Islam. 6. Kasi Penyelenggara Syariah.
Kementerian Agama Pesisir Selatan memiliki
15 Kantor Urusan Agama (KUA) di 15 kecamatan se Kabupaten Pesisir Selatan
sebagai berikut : 1. KUA Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, 2. KUA Kecamatan Air
Pura ,3. KUA Kecamatan Silaut, 4. KUA Kecamatan Lunang, 5. KUA Kecamatan Basa
Ampek Balai Tapan, 6. KUA Kecamatan Pancung Soal, 7. KUA Kecamatan Linggo Sari
Baganti, 8. KUA Kecamatan Ranah Pasisia, 9. KUA Kecamatan lenggayang, 10. KUA Kecamatan
Sutera, 11. KUA Kecamatan Batang Kapas, 12. Kecamatan IV Jurai, 13. Kecamatan
IV Nagari Bayang Utara, 14. KUA Kecamatan Bayang , 15. KUA Kecamatan Koto IX
Tarusan.
Salahsatu bagian di Kementerian Agama
Pesisir Selatan yang menonjol adalah
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam). Program kerja Bimbingan Masyarakat
Islam berkaitan langsung dengan masyarakat seperti bimbingan pelaksanaan
pernikahan, pembinaan perceraian dan rujuk serta bimbingan terhadap penghulu
agama Kantor Urusan Agama (KUA)se Kabupaten Pesisir Selatan.
KEPALA
SEKSI
BIMBINGAN
MASAYARAKAT ISLAM
H.SUDIRMAN,S.A.g
|
ADMINISTRASI
URUSAN MTQ DAN KEPENGHULUAN
ZULKIFLI
|
PENYUSUN
BAHAN KELUARGA SAKINAH DAN ADMINITRASI PENYULUH AGAMA
MARSEHARTI,S.A.g
|
PENYUSUN
BAHAN PEMBINAAN MASJID DAN PENGELOLA ZAKAT & WAKAF
EFNURDAWATI,S.HI
|
PENGOLAH
DATA KELEMBGAAN KEAGAMAAN DAN ADMINITRASI PENGELOLA PRODUK HALAL
MIRUS,S.HI
|
PENGOLAH
DATA
AFRIYASNI
|
Sumber
: Struktur Organisasi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama
Kabuapaten Pesisir Selatan.
Tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan
oleh Kasi Bimas Islam beserta Jabatan Fungsional Umum (JFU) dan Kepala Kantor
Urusan Agama di Kecamatan sebagai ujung tombak kegiatan Kementerian Agama yang
berjumlah 15 KUA di Kecamatan dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan.
Bimbingan Masyarakat Islam memiliki enam
karyawan yaitu terdapat satu kepala dan 5 staf atau Jabatan Fungsional Umum
(JFU). Terdapat empat staf bertugas
untuk mengkoordinatori 9 program Bimbingan Masyarakat Islam yang dilaksanakan
di 15 KUA se-Kabupaten Pesisir Selatan dan terdapat 1 karyawan yang khusus
bagian pengolahan data.[8]
Sembilan program Bimbingan Masyarakat
Islam, Kementerian Agama Pesisir Selatan sebagai berikut: 1. MTQ, 2. Kepenghuluan,nikah
dan rujuk (NR), 3. Pembinaan Kemasjidan, 4. Pengelolaan Zakat, 5. Pengelolaan
Wakaf, 6. Pembinaaan keluarga sakinah, 7. Penyuluh agama atau penerangan Agama
Islam, 8. Kelembagaan keagamaan, 9. Pengelola Produk halal.
Karyawan dibidang Bimbingan Masyarakat
Islam (Bimas Islam) dalam melaksanakan pembagian tugas kerja yaitu karyawan 1
melaksanakan program MTQ dan Kepenghuluan, nikah dan rujuk (NR), karyawan 2
melaksanakan program pembinaan kemasjidan, zakat dan wakaf, karyawan 3
melaksanakan program Pembinaan Keluarga Sakinah dan Penyuluh Agama atau
penerangan agama islam dan karyawan 4 melaksanakan program kelembagaan dan
pengelola produk halal.
Berikut ini uraian tugas empat karyawan
dalam melaksanakan tugas dan fungsi seksi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas
Islam) sebagai berikut:
Tabel. 1.1
Tugas dan fungsi
Seksi Bimas Islam
No
|
Penangung
jawab
|
Kegiatan
|
Program
|
1
|
Zulkifli
|
-Melaksanakan
bimbingan dan pelayanan MTQ
|
-Kegiatan
MTQ Kabupaten 1 kali 2 tahun.
-
Kegiatan MTQ Provinsi 1 kali 2 tahun.
|
-Melaksanakan
bimbingan dan pelayanan kepenghuluan.
|
-Hal-hal
yang berhubungan dengan masalah Nikah dan Rujuk di KUA kecamatan.
|
||
2.
|
Efnurdawarti,S.HI
|
-Melaksanakan
bimbingan dan pelayanan kemasjidan.
|
-Pendataan
dan perkembangan rumah ibadah.
|
-Melaksanakan
bimbingan dan pelayanan zakat.
|
-Pembinaan
kesadaran berzakat.
|
||
-Melaksanakan
bimbingan wakaf.
|
-Pembinaan
proses wakaf.
|
||
3.
|
Marseharti,S.Ag
|
-Melaksanakan
bimbingan pemberdayaan KUA dan Keluarga Sakinah.
|
-Bimbingan
ketahanan keluarga dengan program keluarga sakinah.
|
-Melaksanakan
bimbingan penerangan Agama Islam.
|
-Pembinaan
penyuluh Agama Fungsional (PNS) dan Penyuluh non (PNS).
|
||
4.
|
Mirus,S.HI
|
-Melaksanakan
bimbingan dan pembinaan Lembaga Agama.
|
-Pembinaan
lembaga keagamaan seperti: MUI, BP4, LPTQ, Baznas, DMI, Muhammadiyah, Tarbiyah dll.
|
-Melaksanakan
bimbingan dan pelayanan produk halal.
|
-Pendataan
dan pengawasan produk halal berupa makanan, minuman dan obat-obatan.
|
||
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam,
Kementerian Agama Pesisir Selatan mengatakan ada beberapa kondisi yang ditemui
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai berikut, “ minimnya Sumber Daya
Manusia (SDM) di bidang Bimbingan masyarakat Islam menyebabkanterjadinya rangkapan tugas, jauhnya jarak tempuh antara Kantor
Kementerian Agama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Pesisir Selatan.[9]
Berdasarkan latar belakang di atas
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan dalam menjalankan program menemukan beberapa kendala seperti
banyaknya program kerja, minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan jauhnya jarak
tempuh Kantor Kementerian Agama dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten
Pesisir Selatan.
Namun dengan berbagai masalah yang
dialami oleh Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementarian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan program kegiatan tetap terlaksana dengan baik, bahkan pada
tahun 2017 mampu meraih juara juara 1 program keluarga sakinah tingkat Provinsi
Sumatera Barat dan Juara 2 tingkat Nasional.
Hal ini yang mendorong penulis tertarik
meneliti lebih lanjut tentang“Bagaimana
Pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat (Bimas Islam) di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan.”.
B.
Rumusan
dan Batasan Masalah
1. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, untuk lebih memahami rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana
Pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan”.
2. Batasan
Masalah
Berdasarkan penelitian
di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Program
kerja Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan.
b. Pembagian
kerja Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementarian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan.
c. Pelaksanaan
program Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan.
d. Faktor-faktor
pendukung dan kendala pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas
Islam) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengungkan sebagai
berikut :
a. Untuk
mengetahui Program Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
b. Untuk
mengetahui Pembagian kerja Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor
Kementarian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
c. Untuk
mengetahui pelaksanaan Progam Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
d. Mengetahui
faktor-faktor pendukung dan kendala pelaksanaan Bimbingan Masyarakat Islam
(Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
D.
Kegunaan
Penelitian
Guna penelitian ini untuk sebagai
berikut :
a. Memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam program
studi strata (S1) pada jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan llmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang.
b. Menambah
pengalaman serta pengetahuan kepada penulis untuk memperluas wawasan tentang teori penelitian
yang diperoleh dalam perkuliahan dan penerapannya pada kegiatan nyata.
c. Menambah
informasi tentang pelaksanaan program di Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas
Islam) di Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan.
d. Sebagai
bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya yang
membutuhkan.
E.
Penjelasan
Judul
Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul,
maka penulis menerangkan kata-katakunci dalam judul sebagai berikut :
Pelaksanaan
|
:
|
Pelakasanaan atau penggerakan
merupakan hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap karyawan-karyawan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan yang nyata.[10]
|
Program
|
:
|
Serangkaian aktifitas atau kegiatan
yang relatif, yang menjelaskan : langkah-langkah utama atau pokok yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, unit atau anggota yang bertanggung jawab
untuk setiap langkah, urutan serta pengaturan waktu setiap langkah.[11]
|
Bimas
Islam
|
:
|
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas
Islam) merupakan salah satu bidang yang ada di Kementerian Agama Kab. Pesisir
Selatan yang mengurus hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat.
|
Kemenag Kab. Pesisir Selatan
|
:
|
Lembaga Agamayang terletak di Jl.Imam
Bonjol Kota Painan Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan.
|
Judul yang penulis maksud dengan judul
di atas adalah Pelaksanaan Program
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan.
F.
Sistematika
Penulisan
Bab I :
Latar Belakang Masalah, Rumusan dan
Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penjelasan Judul,
Sistematika Penulisan.
Bab
II : Berisi tentang landasan
teori yang menerangkan tentang Pengertian Manajemen, Tujuan Manajemen, Unsur-unsur
Manajemen, fungsi-fungsi Manajemen, pengertian pelaksanaan atau actuating, Fungsi-fungsi Manajemen,
pengertian pelaksanaan atau penggerakan, langkah-langkah pelaksanaan atau actuating, Program Bimbingan Masyarakat
Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
Bab
III : Gambaran umum objek
penelitian yang berisi metode dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.
Bab
IV : Hasil penelitian tentang
program kerja, Pembagian kerja, Pelaksanaan Program dan faktor-faktor pendukung
dan kendala pelaksanaan pelaksanaan program Bimas Islam di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
Bab
V :
Berisiksan penutup berupa kesimpulan dan saran.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pentingnya
Pelaksanaan atau Penggerakan
Pelaksanaan merupakan fungsi terpenting
dalam manajemen, sematang apapun perencanaan yang telah dibuat oleh seorang
manejer, tanpa adanya penggerakan apa yang telah direncanakan oleh manejer
tidak aka ada gunanya sama sekali. Karena fungsi penggerakan ini berarti
bagaimana manejer dapat menggerakkan orang –orang atau kelompok orang agar mau
bekerja untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan.
B. Wawasan tentang Manajemen
1.
Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen itu. jadi, manajemen itu merupakan suatu proses
untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
[12]
Secara etimologi manajemen berasal dari bahasa
Inggris dari kata kerja to manage yang sinonimnya to hand yang berarti
mengurus, to control berarti memeriksa, to guide yang berarti membimbing, dan
to lead berarti memimpin. Jadi berdasarkan asal kata tersebut maka manajemen
berarti mengatur, mengurus, memeriksa, membimbing, dan memimpin.
Manajemen
sering diartikan sebagai ilmu, seni, kiat, proses, dan profesi. Berikut ini
beberapa pengertian manajemen menurut beberapa para ahli sebagai berikut :
a.
Menurut Drs.H. Malayu S.P.Hasibuan, Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
b.
Andrew F. Sikula, Management in general
refers to planning, organizing, controling, staffing, leading, motivating,
communicating, and decision making activities performed by any organization in
order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an
efficient creation of some product or service.
Artinya
:
Manajemen pada umumya dikaitkan dengan
aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau
jasa secara efesien.
c.
G.R. Terry, Management is a distinct
proces consisting of planning, organizing, actuating and controlling to
determine and accomplish atated objectives by the use of human being and other resorces.
Artinya
:
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya.
c.
Harold koontz dan Cyril O’Donnel,
Management is getting things done through people. In bringing about this
coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes,
staffs, direct, and control the activities other people.
Artinya:
Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,
pengoorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian. [13]
Pengertian manajemen di atas dapat diketahui bahwa
manajemen adalah ilmu, seni, dan proses mulai dari melaksanakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan dengan memanfaatkan
sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi dapat diketahui bahwa manajemen itu merupakan ilmu dan seni, proses,
dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai
suatu tujuan yang ingin dicapai.
2.
Tujuan Manajemen
Manajemen
dibutuhkan oleh semua organisasi karena manajemen didasarkan kepada kerjasama
dengan segala ketentuan, keteraturan dan sistem kerja yang jelas, proses yang
sistematis, terkoordinir dalam usaha memanfaatkan sumber daya yang ada,
pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas yang mendukung tercapainya tujuan
organisasai secara efektif dan efisien.
Untuk itu menurut T. Hani Handoko ada tiga alasan
utama diperlukan manajemen yaitu :
1.
Untuk mencapai tujuan, manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi
dan pribadi.
2.
Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertenangan.
Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan, sasaran dan kegiatan
yang saling bertentangan dari pihak yang berkepentingan dalam organisasi,
seperti pemimpin, anggota, pemegang saham dan lain sebagainya.
3.
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Tujuan
dari menajemen adalah untuk mencapai hasil secara efektif dan efisien.
Efisiensi dan efektivitas adalah dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi
kerja manajemen.
3.Unsur-unsur
Manajemen
Manajemen sebagai alat atau sarana untuk mencapai
tujuan, harus mempunyai unsur-unsur tersendiri karena manajemen selalu terkait
dengan usaha bersama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang telah
di tentukan. Dengan menggunakan unsur–unsur manajemen secara baik akan bisa
dicapai hasil yang diinginkan sesuai dengan yang di tentukan.
Adapun unsur–unsur manajemen menurut Malayu S.P.
Hasibuan ada enam macam unsur yaitu: Man
(manusia), Money (uang), Material (barang), Machine (mesin), Methode (metode),
dan Market (pasar). Untuk menjelaskan
selengkapnya ialah sebagai berikut :
a.
Man (manusia), tenaga kerja manusia,
baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif.
b.
Money (Uang), uang yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c.
Methode (Metode), cara-cara yang
dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.
d.
Materials (Barang), bahan-bahan yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan.
e.
Machines (Mesin), mesin-mesin atau
alat-alat yang dipergunakan atau diperlukan untuk mencapai tujuan.
f.
Market (Pasar), pasar untuk menjual
output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
Unsur–unsur
manajemen di atas dapat dijelaskan bahwa antara unsur yang satu dengan unsur
yang lainnya mempunyai hubungan atau keterkaitan yang sangat erat sekali
sehingga tidak dapat untuk dipisahkan.Karena salah satu unsur saling menguatkan
dan mempengaruhi unsur lainnya di dalam sebuah manajemen.
3. Fungsi-fungsi
Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan
yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan
mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya.Untuk lebih
jelasnya akan dikemukakan pendapat para ahli tentang fungsi-fungsi manajemen
tersebut, seperti dalam tabel berikut, yaitu:
Tabel. 2.1
Fungsi-fungsi Manajemen
G.R Terry
|
Jhon F. Mee
|
Louis A. Allen Mc
Namara
|
Mc Namara
|
1.
Planning
2.
Organizing
3.
Actuating
4.
Controlling
|
1.
Planning
2.
Organizing
3.
Motivating
4.
Controlling
|
1.
Leading
2.
Planning
3.
Organizing
4.
Controlling
|
1.
Planning
2.
Programming
3.
Budgeting
4.
System
|
Henry Fayol
|
Harold koontz &Cyril O’donnel
|
Dr. S.P.
Siagian
|
Prof.
Drs. Oey Liang Lee
|
1.
Planning
2.
Organizing
3.
Commanding
4.
Coordinating
5.
Controlling
|
1.
Planning
2.
Organizing
3.
Staffing
4.
Directing
5.Controlling
|
1.
Planning
2.
Organizing
3.
Motivating
4.
Controlling
5.
Evaluating
|
1.
Perencanaan
2.Pengorganisasian
3.
Pengarahan
4.Pengkoordinasian
5.
Pengontrolan
|
W. H Newman
|
Luther Gullick
|
Lyndal F. Urwick
|
Jhon D. Millet
|
1.
Planning
2.Organizing
3.
Assembling
4.
Resources
5.
Directing
6.
Controlling
|
1.Planning
2.
Organizing
3.
Staffing
4.
Directing
5.Coordinating
6.
Reporting
7.
Budgeting
|
1.Forecasting
2.
Planning
3.
Organizing
4.Commandig
5.Coordinating
6.
Controlling
|
1.Directing
2.
Facilitating
|
Sumber
: Malayu Hasibuan,Manajemen (Dasar, Pengertian, dan Masalah), 2014 : 38 [14]
Secara umum George Terry dalam Handayaningrat
menyebutkan bahwa ada 4 fungsi manajemen, yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan
(Planning)
Yaitu proses dasar yang digunakan untuk memilih
tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Merencanakan berarti mengupayakan
penggunaan sumber daya manusia (human resources), dan sumber daya lainnya (other
resources) untuk mencapai tujuan.
b.
Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu fungsi manajemen dan merupakan suatu proses
yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis.
Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada
setiap karyawan, penetapan departemen-departemen (subsistem) serta penentuan hubungan-hubungan. [15]
c. Penggerakan
(Actuating)
Penggerakan atau pelaksanaan merupakan hubungan
antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap
karyawan-karyawan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif
untuk tujuan yang nyata. [16]
d. Pengawasan
(Controling)
Yaitu suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu
yang identik dan apa saja yang dikendalikan. [17]
Dari keseluruhan fungsi-fungsi manajemen yang
dikemukakan para ahli diatas, penulis dapat meyimpulkan secara umum bahwa
fungsi-fungsi manajemen itu terdiri dari : Planning,
Organizing, Actuating, Controlling, Motivating, Leading, Programming,
Budgeting, System, Commanding, Coordinating, Staffing, Directing, Evaluating,
Assembling/Resources, Reporting, Forecasting dan Facilitating. Pada
pembahasan selanjutnya dari sekian banyak fungsi-fungsi manajemen diatas,
penulis lebih menekankan pada salah satu fungsi manajemen yaitu fungsi
penggerakan (Actuating).
C. Wawasan tentang
Actuating (Penggerakan) / Pelaksanaan
1.
Pengertian Pelaksanaan atau penggerakan
Actuating
berasal dari kata” actuate” ialah to move, toaction atau penggerakan,
memimpin atau mengarahkan orang–orang untuk bertindak. Penggerakan (Advating=directing=leading=pelaksanaan)
adalah manajemen yang terpenting dan paling dominan dalam proses manajemen,
karena fungsi itu baru diterapkan setelah rencana organisasi dan karyawan ada. Jadi
penggerakan adalah menggerakkan orang–orang yang mau bekerja dengan sendirinya
atau penuh kesadaran secara bersama–sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
untuk bekerja secara arif.
Sedangkan menurut G. Terry dalam Malayu Hasibuan
menyebutkan bahwa actuating is setting
all members of the group to want to achieve and to strike to achive the
objective willingly and keeping will the manajerial planning and organizing effort, penggerakan
adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama danbekerja secara
ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan
usaha-usahapengorganisasian. [18]
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, penggerakan
adalah keseluruhan usaha, cara,teknik atau metode untuk mendorong para anggota
organisasi agar ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis.
Penggerakan ialah suatu fungsi pembimbingan dan
pemberian motivasi pimpinan serta orang-orang atau kelompok orang-orang itu
suka dan mau bekerja. Menggerakkan orang-orang agar mereka suka dan mau
bekerja, mengandung arti untuk menjadikan para pegawai atau karyawan sadar akan
tugas yang dipikulnya dan melaksanakan dengan rasa tanggung jawab tanpa menunggu
perintah dari siapapun. [19]
Jadi dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan
bahwa pelaksanaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk
membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas
dalam melaksanakan sesuatu kegiatan usaha.
Syekh Mahmud Hawari menyebutkan At Taujih atau direction
adalah pimpinan selalu memberikan jalan, petunjuk atau ilmu pengetahuan, serta
memperingatkan terhadap anggota atau karyawan guna mencapai tujuan yang
sebenarnya. [20]
Sebagaimana firman Allah SWT yang mengisyaratkan
tentang penggerakan dalam Q.S. Al-An’am (6 : 165), sebagai berikut:
uqèdur
Ï%©!$#
öNà6n=yèy_
y#Í´¯»n=yz
ÇÚöF{$#
yìsùuur
öNä3Ò÷èt/
s-öqsù
<Ù÷èt/
;M»y_uy
öNä.uqè=ö7uÏj9
Îû
!$tB
ö/ä38s?#uä
3 ¨bÎ)
y7/u
ßìÎ|
É>$s)Ïèø9$#
¼çm¯RÎ)ur
Öqàÿtós9
7LìÏm§
ÇÊÏÎÈ
Artinya : Dan Dia lah yang menjadikan kamu
penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat diatas menjelaskan tentang ketetapan Allah SWT
bahwa manusia dituntut untuk melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan
keahlian secara benar berdasarkan ketetapan Allah dengan keteladanan Rosul dan
bersosial dengan orang-orang beriman.
2.
Langkah-langkah dalam Pelaksanaan atau
Penggerakan
Agar penggerakan berjalan lancar dan sesuai dengan
yang diinginkan, ada beberapa langkah penggerakan yang dapat dilakukan oleh
pimpinan atau manajer yaitu:
Menurut Rosyad Shaleh ada 5 langkah penggerakan
yaitu: pemberian motivasi, pemberian bimbingan, penjalinan hubungan,
penyelenggaraan komunikasi dan pengembangan atau peningkatan pelaksanaan. [21]
Senada dengan itu, menurut Hasibuan Langkah-langkah
penggerakan yaitu: pemberian motivasi (motivating),
pemberian bimbingan (directing),
penjalinan hubungan (coordinating),
penyelenggaraan komunikasi (communicating). [22]
Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan
langkah-langkah dalam penggerakan satu persatu pendapat dari Abd. Rosyad Shaleh
di atas yaitu sebagai berikut:
a. Pemberian
Motivasi
Pemberian motivasi adalah salah satu bentuk kegiatan
yang dilakukan manajer dalam memberikan semangat dan inspirasi kepada anggota
organisasi agar dapat bertindak atau bekerja dengan tulus ikhlas untuk mencapai
tujuan. [23]
Pemberian merupakan suatu langkah atau cara yang
dimiliki oleh seorang pemimpin atau manajer karena dengan adanya dorongan atau
semangat serta penghargaan terhadap anggota akan menimbulkan keseriusan dan
keikhlasan bekerja bagi para anggota.
Selain itu motivasi menyangkut prilaku manusia dan
merupakan sebuah unsur dalam manajemen.Pemberian motivasi sangat berpengaruh
terhadap kinerja dan aktifitas para pekerja.Oleh sebab itu, pemberian motivasi
sangat penting di dalam sebuah lembaga atau organisasi.
Motivasi berasal dari bahasa latin, Mavere yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Motivasi ini diberikan kepada karyawan atau anggota. Motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja karyawan, agar mereka
mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk
mewujudkan tujuan organisasi.
1. Defenisi
Motivasi (Motivating)
Ada beberapa pengertian motivasi menurut pendapat
para ahli yaitu sebagai berikut:
Malayu S.P
Hasibuan mengemukakan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Menurut Harold Koontz
Motivation refers to the drive and efford to satisfy a want or goal,
motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan keutuhan atau suatu
tujuan
Selanjutnya Stephen P. Robbine We will define motivation as the willingness to exert high levels of
effort toward organizational goals, conditional by efforts ability to satisfy
some individual need, kita akan medefinisikan motivasi sebagai suatu
kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi
yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan
individu.[24]
Menurut S.P. Siagian motivasi adalah suatu pemberian
daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja
secara efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.
Selanjutnya sebagaimana dikutip oleh Mc. Donald
dalam Komaruddin mengatakan motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. [25]
Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
motivasi adalah suatu bentuk daya pendorong yang yang berasal dari luar ataupun
dari diri seseorang agar seseorang tersebut mau bekerja dengan ikhlas untuk
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jadi jelaslah bahwa pemberian motivasi oleh seorang
atasan kepada karyawannya, seorang manejer kepada anggotanya merupakan suatu
yang penting sebab besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan
organisasi karena motivasi merupakan langkah untuk menggerakkan orang-orang
yang ada di dalam sebuah organisasi.
Kemudian dalam pelaksanaan tersebut terdapat juga
cara-cara motivasi antara lain sebagai berikut:
1) Motivasi
Langsung
Yaitu
motivasi (materiil dan non materilil) yang diberikan secara langsung kepada
setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya seperti
pemberian pujian, penghargaan, bonus dan lain sebagainya.
2) Motivasi
Tidak Langsung
Merupakan
motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung
serta menunjang gairah kerja atau kelancaran kerja seperti kursi yang empuk dan
lain-lain sebagainya. [26]
Maka dalam memotivasi anggota tersebut diperlukan
sebuah langkah, dan diantaranya bisa dilakukan dalam rangka membangkitkan
semangat kerja anggota atau karyawan adalah sebagai berikut:
a) Mengikut
Sertakan dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan (decision making) merupakan
sebuah tindakan yang penting dan mendasar dalam sebuah organisasi. Sepanjang
proses manajemen berlangsung, mulai dari tingkat perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan hingga pada pengabilan keputusan akan selalu berlangsung. Proses
pengambilan keputusan ini merupakan suatu langkah menajer yang bijaksana untuk
memilih dari berbagai alternatif yang ditempuh.
b) Memberikan
Informasi secara Komperehensif
Semua
fungsi manajerial ini sangat tergantung pada arus informasi, yakni data yang
telah diatur atau dianalisis untuk memberikan arti yang sangat permanen
mengenai semua kondisi yang berlangsung, baik yang terjadi di dalam maupun di
luar organisasi.
Pemberian
informasi yang komperehensif ini dapat menghilangkan sebuah keraguan dan akan
memberikan sebuah kepastian kepada semua pihak yang melaksanakan tugasnya. [27]
2. Teori
–teori Motivasi
Kebutuhan manusia itu bersifat dinamis, berubah-ubah
sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu sendiri, suatu yang menarik
diinginkan, disenangi dan dibutuhkan pada saat tertentu.
Abraham Maslow berpendapat dalam bukunya yang
berjudul Motivation and personality bahwa
kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator)
membentuk suatu hirarki atau jenjang peringkat.
Dimana ada lima tingkat kebutuhan manusia yaitu
sebagai berikut:
a. Kebutuhan
Fisiologikal (Fisiological Needs)
Yaitu
kebutuhan-kebutuhan manusia seperti sandang, pangan,papan, istirahat, rekreasi,
tidur dan hubungan seks. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan yang
mendasar, karena berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat dikatakan
hidup normal.
b. Kebutuhan
Kaselamatan (Safety Needs, Security Needs)
Pada
dasarnya kebutuhan keselamatan atau rasa aman tidak hanya dalam arti keamanan
fisik saja, akan tetapi juga keamanan fsikologis dan perilaku adil dalam
pekerjaan.
c. Kebutuhan
Berkelompok (Social Needs, Love Needs,
Belonging Needs)
Kebutuhan
ini yaitu kebutuhan hidup berkelompok, bergaul, bermasyarakat, ingin mencintai
dan dicintai serta ingin memiliki dan dimiliki. Contoh kebutuhan ini antara
lain membina keluarga, bersahabat, bergaul, bercinta bekerja sama sampai
menjadi anggota organisasi.
d. Kebutuhan
Penghargaan (Esteem Needs)
Yaitu
kebutuhan akan penghargaan atau ingin berprestasi. Contoh kebutuhan ini antara
lain mendapat ucapan terima kasih, ucapan selamat jika berjumpa, menjadi
pahlawan,status simbol dan yang lainnya, dalam kehidupan organisasi manusia
mempunyai berbagai kebutuhan yang berintikan pada pengakuan akan keberadaan
seseorang dalam penghargaan akan harkat dan martabatnya.
e. Kebutuhan
Aktualisasi Diri (Self Actualization
Needs)
Yaitu
kebutuhan akan aktualisasi diri atau realisasi diri pemenuhan kepuasan,
kebutuhan ini antara lain memiliki sesuatu bukan hanya karena fungsi tetapi
juga gengsi, mengoptimalkan potensi dirinya secara lreatif dan inovatif,ingin
mencapai taraf hidup yang sempurna dan yang lainnya. [28]
3. Jenis-jenis
Motivasi
Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong
orang lain untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri
maupun luar diri seseorang. [29]
Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa pada dasarnya
motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis utama yaitu:
a. Motivasi
Intrinsik
Motivasi intrinsik ialah motivasi yang timbul dalam
diri seseorang, disebut juga dengan motivasi murni.
Jadi
motivasi intrinsik ini adalah motivasi yang timbul dalam diri seseorang tanpa
ada dorongan dari orang lain dan murni dari kesadaran dalam dirinya sendiri.
b. Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul
disebabkan faktor yang datang dari luar diri seseorang. [30]
Jadi motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang timbul
karena adanya dorongan dari faktor luar atau orang lain yang bisa membangkitkan
semangat, seperti karyawan rajin bekerja karena ada penilaian yang baik, pujian,
dorongan, reword, atau hadiah lain sebagainya yang berasal dari luar diri seseorang.
Tujuan manajer memberikan motivasi ada beberapa yaitu:
a) Mendorong gairah dan semangat kerja
karyawan.
b) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
c) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
d) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan kerja
karyawan perusahaan
e) Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat
absensi karyawan.
f) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
g) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi
karyawan.
h) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
terhadap tugas-tugasnya.
Keinginan dan kegairahan kerja dapat ditingkatkan
berdasarkan pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersifat statis
yaitu:
(1)
Aspek motivasi statis yang tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia
yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya tujuan
organisasi.
(2)
Aspek motivasi statis yang berupa alat perangsang atau intensif yang diharapkan
dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pokok yang diharapkan.
Macam-macam motivasi terbagi tiga yaitu sebagai
berikut:
i.
Kebutuhan organis
Adalah
motivasi yang berkait dengan kebutuhan.
ii. Motivasi
darurat
Yaitu
mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan
untuk berusaha, dorongan untuk mengejar.Motivasi ini timbul, jika situasi
menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia.
3.
Motivasi Objektif
Yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan
tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup kebutuhan untuk eksplorasi,
manipulasi dan menaruh minat.Motivasi ini timbul karena dorongan untuk
menghadapi dunia secara efektif. [31]
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pemberian
motivasi dilakukan untuk memberikan dorongan kepada karyawan atau anggota agar
mau bekerja dengan ikhlas, senang hati tanpa adanya paksaan.Pemberian motivasi
merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang manajer dalam
rangka melaksanakan program yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Pemberian Bimbingan
1) Defenisi pemberian Bimbingan
Bimbingan
adalah suatu proses yang berkesenambungan bukan kegiatan yang seketika atau
kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan
berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. [32]
Di
sini seorang manajer memberikan bantuan kepada seorang individu agar dia dapat
memahami dirinya sendiri sehingga bisa bertindak yang sewajarnya.
Pemberian
bimbingan sangat perlu diberikan kepada para pelaksana, hal ini dimaksudkan
elemen yang terkait guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah dirumuskan
untuk menghindari penyimpangan. Oleh
karena itu seorang manajer harus memberikan bimbingan kepada para pelaksana
agar kegiatan bisa berjalan dengan lancar dan dimengerti oleh para pelaksana.
Pelaku dalam
memberikan bimbingan haruslah orang yang telah berpengalaman, yang biasanya
adalah seorang pimpinan atau manejer.[33]
Bimbingan yang dilakukan oleh pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan
dengan cara memberikan perintah atau petunjuk serta usaha lain yang bersifat
mempengaruhi dan menetapkan arah tindakan mereka.[34] Atas dasar inilah maka usaha atau kegiatan
yang dilakukan berjalan dengan lancar serta efektif bilamana pimpinan
memberikan perintah yang tepat.
2).
Tujuan Pemberian Bimbingan
Tujuan
dilakukannya bimbingan oleh mnajer atau pimpinan ialah agar individu dapat:
a) Merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, pengembangan karir serta kehidupan di masa yang
akan datang .
b) Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
c) Menyesuaikan diri
dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerja.
d) Mengatasi kesulitan
dan hambatan yang dihadapi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat maupun lingungan kerja.
Untuk mencapai tujuan bimbingan, mereka harus
mendapat kesempatam untuk:
(1)
Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas perkembangannya.
(2)
Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkunganya.
(3)
Mengenal dan menentukan tujuan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan
tersebut.
(4)
Memahami dan mengatasi kesulitan sendiri.
(5)
Menggunakan kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan
masyarakat.
(6)
Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
(7)
Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat
dan optimal.
Menurut teori Person ada tiga aspek perkembangan
bimbingan yaitu:
(1)
Kegiatan analisis sebelum memilih pekerjaan menggunakan tes psikologi untuk
mendiagnosis karakteristik individu atau menfasilitasi terselenggaranya
kegiatan “man analysis”.
(2)
Bimbingan dipandang sebagai satu program yang membantu individu sebelum masuk
ke dunia kerja.
(3)
Bimbingan model person memfokuskan pada aspek vokasional.
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan
bahwa tujuan dilakukannya bimbingan adalah agar setiap individu dapat
merencanakan sebuah kegiatan dengan mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
yang ada pada dirinya serta dapat menyesuaikan diri, mengatasi kesulitan dan
hambatan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut.[35]
3) Fungsi Bimbingan
Adapun fungsi pemberian bimbingan yaitu sebagai
berikut:
a. Fungsi
Pemahaman
Yakni
fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh
pihak-pihak tertentu sesuai dengan perkembangannya.
b. Fungsi
Pencegahan
Yakni
bimbingan yang akan menghasilkan terpecahnya atau terhindarnya seseorang dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menganggu, menghambat
atupun menimbulkan kesulitan dan kerugian dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi
Pengentasan
Yakni
sebuah fungsi bimbingan yang akan menghasilkan teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami.
d. Fungsi
Pemeliharaan dan Perkembamgan
Yakni
fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif dalam rangka perkembangan dirinya secara
mantap dan berkelanjutan.
e. Komponen
Bimbingan
Adapun
komponen bimbingan untuk membantu dalam melaksanakan perannya serta mengatasi
permasalahan dalam menjalankan tugasnya adalah:
(1) Memberikan
perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya.
(2) Memberikan nasehat
yang berkaitan dengan tugas yang bersifat membantu, yakni dengan memberikan
saran dan strategi yang diiringi alternatif
tugas dengan berbagai pengetahuan.
(3) Memberikan sebuah
dorongan, ini bisa berbentuk dengan mengikutsertakan ke dalam program-program
pelatihan yang relevan.
(4) Memberikan bantuan
atau bimbingan kepada semua elemen dakwah untuk ikut serta dalam pembuatan
keputusan dan strategi perencanaan yang penting dalam rangka perbaikan
efektifitas dalam unit organisasi. [36]
Oleh karena itu bimbingan yang dilakukan oleh
manajer terhadap pelaksana kegiatan dapat dilakukan dengan jalan memberikan
perintah atau sebuah petunjuk serta usaha-usaha lain yang bersifat mempengaruhi
atau menetapkan arah tugas dan tindakan mereka.
c.
Penjalinan Hubungan (Coordinating)
1. Pegertian Penjalinan Hubungan atau Koordinasi
Koordinasi
ialah konsep dasar kedua disamping kepemimpinan. Sebab koordinasi dan kepemimpinan
(leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, oleh karena satu sama
lain saling mempengaruhi. Kepemimpinan yang efektif adalah menjamin koordinasi
yang baik sebab pemimpin berperanan sebagai koordinator.
2. Definisi Koordinasi
Ada
beberapa pengertian koordinasi menurut pendapat para ahli yaitu sebagai
berikut:
Malayu
Hasibuan mengemukakan koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen (6M) dan pekerjaan-pekerjaan para
bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut
G.R Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk
menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah
ditentukan.
Selanjutnya
Awaluddin Djamin koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara badan,
instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga
terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.
Pentingnya koordinasi dalam suatu
organisasi adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mencegah terjadinya kekacauan, pencekcokan, dan kekosongan pekerjaan.
b. Agar orang-orang dan
pekerjaanya diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan perusahaan.
c. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan.
d. Supaya semua
unsur-unsur manajemen (6M) dan pekerjaan masing-masing individu karyawan harus
membantu tercapainya tujuan organisasi.
e. Supaya semua tugas,
kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan.
Dalam Malayu S.P Hasibuan Tipe-tipe koordinasi
yaitu:
1) Koordinasi vertikal
adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan
terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang
dan tanggung jawabnya.
2) Koordinasi
horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan tindakan atau kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi
(aparat)yang setingkat.
Dalam
Malayu S.P Hasibuan tujuan koordinasi, yaitu:
a. Untuk mengarahkan
dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran
perusahaan.
b. Untuk menjuruskan
keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan.
c. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang-tindih
pekerjaan.
d. Untuk menghindari
kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.
e. Untuk
mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan 6M ke arah sasaran organisasi atau
perusahaan.
f . Untuk menghindari
tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.
Dalam
Malayu S.P Hasibuan cara-cara mengadakan koordinasi :
1) Memberikan keterangan langsung dan secara
bersahabat.
2) Mengusahakan agar
pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota, tidak menurut
masing-masing individu anggota dengan tujuannya sendiri-sendiri, tujuan itu
adalah tujuan bersama.
3) Mendorong para
anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, saran-saran, dan lain
sebagainya.
4) Mendorong para
anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.
5) Membina human
relations yang baik antara sesama karyawan.
6) Manajer sering
melakukan komunikasi informal dengan para bawahan.
Suatu koordinasi akan lebih baik, jika memperoleh
dukungan partisipasi dari bawahan, dan pihak-pihak yang terkait yang akan
melakukan pekerjaan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan, supaya
mereka antusias dalam melaksanakannya. [37]
d.
Penyelenggaraan Komunikasi (Communicating)
1.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu faktor terpenting
dalam rangka memudahkan penggerakan. Dengan adanya komunikasi antara pimpinan
dan bawahan maka akan terjalinlah tukar fikiran utuk menghasilkan pengalaman
baru. Komunikasi timbal balik antara pimpinan dan bawahan sangat penting sekali
bagi kelancaran proses kerja dalam organisasi.
Komunikasi adalah proses penyampaian atau penerimaan
pesan dari satu orang kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung, secara tertulis, lisan maupun bahasa nonverbal.[38]
Menurut Malayu SP. Hasibuan komunikasi adalah suatu
alat untuk menyampaikan perintah, laporan, berita, ide, pesan atau informasi
dari komunikator kepada komunikan agar diantara mereka terdapat interaksi. Selanjudnya Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
juga mendifinisikan komunikasi di gambarkan sebagai pemindahan informasi
dari seseorang ke orang lain terlepas
dari dipercayai atau tidak. Tetapi informasi yang ditransfer tentulah harus
dipahami si penerima.
Lebih lanjut menurut R.C Davis, komunikasi adalah
suatu tahap dari proses kepemimpinan, yang memindahkan ide seseorang ke orang
lain untuk digunakan dalam fungsi-fungsinya pemimpin bekerja. [39]
Sementara itu menurut Mc. Farland, Komunikasi adalah
proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara manusia,
proses interaksi atau hubungan satu sama lain yang dikehendaki oleh seseorang,
dengan maksud agar dapat diterima dan dimengerti di antara sasamanya. Saling
pengertian antara seseorang, maksud penyampainya tidak hanya dengan kata-kata,
tetapi juga secara tertulis maupun secara lisan. [40]
Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis
simpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan darim
komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan) yang berupa
informasi yang dibutuhkan dalam organisasi.
Menurut
Hafied Cangara ada beberapa unsur atau komponen komunikasi yang harus
diperhatikan oleh pimpinan atau manajer yaitu:
(1) Pengirim
Pesan
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang
mengirim pesan, atau biasa disebut dengan komunikator yaitu orang yang
menyampaikan pesan
(2) Pesan
Yaitu informasi yang akan dikirimkan kepada si
penerima pesan.
(3) Saluran
atau Media
Adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan
dari sumber kepada penerima, seperti telepon, surat kabar, TV, radio, buku dan
yang lainnya.
(4) Penerima
Pesan (Komunikan)
Yaitu pihak atau orang yang menjadi sasaran pesan
yang dikirim oleh sumber atau pengirim pesan.
(5)
Balikan (Feedback)
Balikan adalah respon terhadap pesan yang diterima
yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. Dengan diberikannya reaksi ini kepada
bsi pengirim, pengirim akan dapat mengetahui apakah apakah pesan yang
dikirimkan tersebut diinterprestasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si
pengirim. [41] Apabila pesan yang dimaksudkan si pengirim
diinterprestasikan sama oleh si penerima pesan berarti komunikasi tersebut
efektif.
Komunikasi yang baik akan mendorong suatu rasa
berpartisipasi, ia membangkitkan perhatian yang besar akan pekerjaan. Membagi
informasi untuk perhatian dan keuntungan timbale balik memberi dorongan vital
bagi seorang pegawai bahwa ia termasuk dalam golongan atau kelompok. 1)
Komunikasi memiliki jenisnya tersendiri, seperti halnya komunikasi ke bawah dan
ke atas. 2) Komunikasi formal dan informal.3) Komunikasi lisan dan tulisan. [42]
Pada jenis pertama, komunikasi dari tingkat atas ke
bawah dalam suatu organisasi dan dari tingkat bawahan kepada tingkat atasan
yang lebih tinggi.Jenis yang ke dua yaitu komunikasi formal menggunakan
saluran-saluran organisasi yang telah di tetapkan serta media-media yang
standar, komunikasi formal itu sendiri adalah komunikasi yang diadakan karena
kepentingan perorangan dan kelompok. Selanjutnya jenis komunikasi yang ketiga
yaitu komunikasi lisan dan tulisan adalah komunikasi yang dilakukan melalui
pembicara langsung dengan mulut dan dengan menggunakan tulisan dengan
buku,memo, dan yang lainnya.
Pengirim pesan dari atasan kebawahan yaitu
menyangkut penyampaian kebijakan dan perintah, sedangkan dari bawahan keatasan
yaitu menyangkut pemerolehan umpan balik dan saran-saran.Sementara itu sesama
anggota dalam organisasi yang levelnya setingkat adalah pertukaran informasi,
koordinasi dan pemecahan masalah. Semua itu dilakukan untuk menumbuhkan minat,
kemauan yang tinggi serta kerja sama seluruh anggota untuk mencapai tujuan
organisasi. [43]
Jadi jelaslah bahwa komunikasi merupakan salah satu
hal yang penting dalam proses penggerakan, tanpa adanya komunikasi yang baik
maka sulit dibayangkan apa yang akan terjadi pada kelangsungan organisasi.
Sebab pemberian perintah, laporan, informasi, berita, saran dan menjalin
hubungan antara pimpinan, bawahan maupun sesama organisasi hanya dapat
dilakukan dengan komunikasi.
Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan
komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan
dalam struktur organisasi yaitu: 1. Downward
communication (komunikasi ke bawah), 2. Upward
communication (komunikasi ke atas), 3.Horizontal
communication (komunikasi horizontal).
Untuk lebih jelasnya penulis akan mengemukakan
penjelasan bentuk komunikasi formal di atas yaitu:
1. Downward Communication
(Komunikasi ke bawah)
Komunikasi ke bawah menunjukan arus pesan yang
mengalir dari para atasan atau pemimpin kepada bawahannya.Komunikasi ke bawah
adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat,
mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena kesalahan informasi,
mencegah kesalah pahaman kerena kurang informasi dan mempersiapkan anggota
organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
2. Upward communication(Komunikasi
ke Atas)
Yang di maksut komunikasi ke atas adalah pesan yang
mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada
tingkat yang lebih tinggi.Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk mermberikan
balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan.
3. Horizontal communication
(Komunikasi Horizontal)
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di
antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan
yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal.Pesan
ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti
koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan
informasi.
Komunikasi lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut ini:
a.
Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja yang sama.
b.
Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen pada
tingkatan organisasi yang sama. [44]
Ada empat tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman
Penerima
Tujuan utama dari komunikasi adalah agar penerima
pesan memahami pesan yang di sampaikan oleh pengirim pesan. Agar diperoleh
pemahaman atas pesan yang di sampaikan, pesan tersebut harus jelas, baik
pengirim maupun penerima harus memiliki makna yang sama terhadap pesan yang di
sampaikan.
2) Respons
Penerima
Komunikasi yang di lakukan oleh manajer adalah agar
pihak yang di ajak berkomunikasi memberikan tanggapan atas pesan yang di
sampaikan.Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan positif dan negative.
3) Membangun
Hubungan Saling Menguntungkan
Komunikasi adalah tercapainya hubungan yang saling
menguntungkan antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi (baik pengirim
maupun penerima).
4) Membangun
Nama Baik Organisasi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan
bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan baik itu pesan verbal maupun
non verbal antara si pengirim dan sipenerima untuk mengubah tingkah laku.
Komunikasi timbal balik antara atasan dan bawahan
penting untuk kelancara pelaksanaan program kerja. Dengan komunikasi yang
lancar akan mengurang bentuk-bentuk masalah yang akan merusak keharmonisan
sebuah lembaga. [45]
e.
Program Bimbingan Masyarakat Islam
(Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan
Tugas dan fungsi seksi Bimbingan Masyarakat Islam
(Bimas Islam) berdasarkan PMA Nomor 13 Tahun 2012 pasal 110 berbunyi : melaksanakan pelayanan, bimbingan
dan pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang Bimbingan
Masyarakat Islam (Bimas Islam). Khusus Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam)
Kabupaten Pesisir Selatan telah disusun uraian tugas sebagai berikut :
Tabel. 2.2
Tugas dan Fungsi Seksi Bimas Pelaksanaan
Islam
No
|
Kegiatan
|
Pelaksanaan
|
1.
|
Menyelenggarakan
stastik dan dokumentasi.
|
-Menyiapkan data dan informasi.
|
2.
|
Menyelenggarakan
surat menyurat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga seksi Bimbingan
Masyarakat Islam (Bimas Islam).
|
-Pelayanan surat masuk dan surat
keluar.
|
3.
|
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan
kepenghuluan.
|
-Hal-hal yang berhubungan dengan
masalah Nikah dan Rujuk di KUA kecamatan.
|
4.
|
Melaksanakan bimbingan perbedayaan KUA
dan keluarga sakinah.
|
-Bimbingan ketahanan keluarga dengan
program keluarga sakinah.
|
5.
|
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan
kemasjidan.
|
-Pendataan dan perkembangan rumah
ibadah.
|
6.
|
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan
produk halal.
|
-Pendataan dan pengawasan produk halal
berupa makanan, minuman dan obat-obatan.
|
7.
|
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan
zakat.
|
-Pembinaan kesadaran berzakat.
|
8.
|
Melaksanakan
bimbingan dan pelayanan wakaf.
|
-Pembinaan proses wakaf.
|
9.
|
Melaksanakan bimbingan penerangan
Agama Islam.
|
-Pembinaan penyuluh Agama fungsional
(PNS) dan penyuluh non (PNS).
|
10.
|
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan
MTQ
|
-Kegiatan
MTQ kabupaten 1 kali 2 tahun.
-Kegiatan
MTQ provinsi 1 kali 2 tahun.
|
11.
|
Melaksanakan bimbingan dan pembinaan
lembaga keagamaan.
|
-Pembinaan lembaga keagamaan
seperti:MUI,BP4,LPTQ,Baznas,DMII,Muhammadiyah,Tarbiyah dll.
|
12.
|
Melaksanakan koordinasi lintas sektor.
|
-Koordinasi dengan dinas/OPD di
Kabupaten.
|
13.
|
Menyusun laporan kegiatan seksi Bimas Islam.
|
-Melaporkan kegiatan seksi Bimas Islam
kepada Kemenag Pessel.
|
Sumber
: PMA Nomor 13 Tahun 2012
Penyelenggaraan program Bimbingan
Masyarakat Islam ini terkait erat dengan kebijakan dalam hal peningkatan
pemahaman dan pengamalan ajaran Agama, peningkatan pelayanan, dan penguatan
pengelolaan potensi ekonomi keagamaan masyarakat Islam. Program Bimbingan
Masyarkat Islam mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pelayanan, bimbingan
dan pembinaan dalam menjalankan kebijakan yang sudah diterapakan sebelumnya.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Metode
dan Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.[46]
Metode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur dan langkah yang digunakan
dalam mengumpulkan, mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan teknik
dan cara tertentu. [47]
Dalam penelitian ini digunakan metode
kualitatif. Metode kualitatif yaitu dengan menggunakan wawancara terbuka untuk
menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau
sekelompok orang. [48]
Jenis penelitian yang dilakukan
penelitian lapangan (field research)dengan
menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif kualitatif yang
merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diteliti. Penelitian pada
objek ilmiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak ada unsur
manipulasi oleh peneliti. Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
karena penulis ingin menjelaskan sedalam dalamnya. Penelitian kualitatif yaitu
suatu cara pengolahan data yang dirumuskan dalam bentuk kata-kata bukan dalam
bentuk angka.
Adapun pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan penelitian deskriptif yakni menuturkan dan menafsirkan data yang
berkenaan dengan keadaan, variable dan fenomena yang terjadi disaat penelitian
berlangsung serta menyajikan apa adanya. Dan juga data yang dikumpulkan lebih
mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka-angka. Hasil penelitian
tertulis berisikan kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti-bukti prestasi. Data
tersebut mencakup transip wawancara,
catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi, memo, dan
rekaman-rekamanl ainnya. [49]
Dalam hal ini penulis meneliti
Program Bimas Islam, Pembagian kerja,
pelaksanaan dan Faktor-faktor Pendukung dan Kendala Pelaksanaan Bimbingan
Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
B.
LokasiPenelitian
Penelitian dilakukan di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan di Jalan Imam Bonjol Kota Painan
Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.
Untuk mengetahui Pelaksanaan Program
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan. Penulisakan mewawancarai Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat
Islam, Jabatan Fungsional Umum (JFU) di Bimas Islam, untuk mengumpulkan data
mengenai Pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor
Kementerian Agama KabupatenPesisir Selatan.
C.
Sumber
Data
Menurut Lofland dalam Moleong Sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Sebaiknya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.[50] Sumber data adalah tempat memperoleh data
yang dibutuhkan dalam penelitian baik sumber data primer maupun sumber data
sekunder.
1. Sumber
Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber data tersebut
memiliki hubungan dengan masalah pokok penelitian sebagai bahan informasi yang
dicari.[51] Sumber data primer merupakan data yang
didapat dari sumber pertama baik dari individu atau peroarangan seperti hasil
dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh
peneliti. Sumber data primer dapat berupa opini
subyek (orang) secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap
suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan hasil pengujian.[52]
Menurut
Etta Mamang, sumber data primer ialah sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Sumber
data primer diperoleh darisumber primer yaitu sipeneliti (penulis) secara
langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang dituliskan.
Sumber penelitian primer diperoleh peneliti untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
Dalam sumberdata dari Seksi Bimbingan
Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan, dalam hal ini adalah data yang diperoleh langsung dengan melakukan
proses wawancara pada Kepala Seksi Bimas Islam dan Jabatan Fungsional Umum
(JFU) di Bimas Islam Kantor Kementarian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Sumber
Data Sekunder
Menurut Rosady Ruslan, sumber data
sekunder adalah memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui
publikasi dan informasi yang dikeluarkan diberbagai organisasi atau perusahan,
termasuk majalah jurnal, khusus pasar modal, perbankan, dan keuangan. [53]Sumber data sekunder dalam penelitian ini
meliputi data yang berupabuku-buku, arsip, dan dokumen pada Seksi Bimbingan
Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dan berbagai sumber dengan
berbagai cara.Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan
adalahobservasi, wawancaradan studi dokumentasi.
a) Observasi
Menurut Herdiansyah observasi
didefenisikan sebagai suatu proses
melihat, mengamati dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis
untuk suatu tujuan tertentu. Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang
dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau dianogsis. [54]
Observasi yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukanSeksi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) tentang Program
Bimas, Pembagian Kerja, Pelaksanaan, dan Faktor-faktor pendukung dan Kendala
dalam Pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementarian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan. Menurut Narbuko observasi yaitu mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala
yang diselidiki. [55]
b) Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. [56]
Wawancara yang dipakai oleh penulis
dalam penelitian adalah wawancara yang bersifatterbuka.Wawancara terbuka adalah
wawancara yang dilakukan dengan subjek
menyadari dan tahu tujuan dari wawancara. Jenis wawancara yang dipakai
penulis adalah wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menerapkan sendiri
masalah dan pertanyaan yang akan diajukan.
Dalam penelitian ini, penulis
mewawancarai Kepala Seksi Bimas Islam, dan Jabatan Fungsional Umum (JFU) di
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Peisir Selatan. Guna wawancara ini untuk
mencari data-data tentang pelaksanaan program Bimas Islam di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
c) StudiDokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini
adalah mempelajari data, hal- hal yang
diselidiki. [57]
Dengan metode ini penulis akan mencari
hal-hal yang berkaitan dengan
Pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
E. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, maka penulis
semata- mata mengakumulasikan data dasar, tidak mencari atau menerangkan hubungan, membuat ramalan.
Setelah data yang penulis butuhkan
terkumpul melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, maka data
tersebut diolah dengan langkah-langkah sebagaiberikut:
1. Reduksi
data
Reduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok pada data Pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat Islam di
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan yang diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Memilih dan memilah data yang
tidak sesuai ditinggalkan dan data yang sesuai dipakai untuk dijadikan bahan
pembahasan lebih lanjut. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengolahan data.
2. Menyeleksi
Data
Data yang telah terkumpul dalam
penelitian ini diseleksi, apakah data tersebut memenuhi syarat atau tidak. Data
yang tidak memenuhi syarat untuk kebutuhan penelitian telah dibuang dan data
yang memenuhi syarat akan diolah lebih lanjut.
3. Analisis
Data
Data yang telah diseleksi, dan data yang
memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut, maka data tersebut akan dianalisis
kevalidannya.
4. Penyajian
data
Dalam penyajian data yang di perolah
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi akan ditemukan sekumpulan
informasi yang tersusun tentang Pelaksanaan Bimbingan Masyarakat Islam di
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan. Selanjutnya penulis mengemukakan
upaya memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan dari informasi tersebut.
5. Menarik
kesimpulan
Setelah data dianalisis dan disajikan
selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan tentang Pelaksanaan Bimbingan
Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan sesuai
dengan batas-batas penelitian ini.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Pembentukan Kementerian
Agama
Kementerian Agama adalah organisasi yang bertugas menyelenggarakan
pemerintahan dalam bidang agama. Kementerian Agama merupakan suatu lembaga
organisasi dan tata kerja Instansi Vertikal Kementeria Agama yang melaksanakan
tugas dan fungsi dalam wilayah Kabupaten/Kota berdasarkan kebijakan Kepala
kantor Wilayah Agama Provinsi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembentukan Kementerian Agama ditetapkan dengan
Penetapan Pemerintah No 1/S.D. tanggal 3 Januari 1946 (29 Muharram 1365 H) yang
berbunyi: Presiden Republik Indonesia, Mengingat: usul Perdana Menteri dan
Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, memutuskan: Mengadakan Kementerian Agama.
Kemenag berasal dari nama kantor departeman agama
sekitar lima bulan setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 2010 keluarlah
Peraturan Menteri AgamaRepublik Indonesia Nomor 1 tahun 2010 tentang Perubahan
Departemen Agama menjadi Kementerian Agama dan menetaokan peraturan Peraturan
Menteri Agama.
Dalam perkembangan selanjutnya, diterbitkanlah
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1949 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
1950 serta Peraturan Menteri Agama Nomor 5 Tahun 1951 antara lain menetapkan
kewajiban dan lapangan tugas Kementerian Agama yaitu:
1)
Melaksanakan asas Ketuhanan Yang Maha Esa dengan sebaik-baiknya
2)
Menjaga bahwa tiap-tiap
penduduk mempunyai kemerdekaan
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya
3)
Membimbing, menyokong, memelihara
dan mengembangkan aliran-aliran
agama yang sehat
4)
Menyelenggarakan, memimpin dan mengawasi pendidikan agama di sekolah-sekolah
negeri
5)
Memimpin, menyokong serta
mengamat-amati pendidikan dan
pengajaran di madrasahmadrasah dan perguruan-perguruan
agama lain-lain
6)
Mengadakan pendidikan guru-guru dan hakim agama
7)
Menyelenggarakan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan pengajaran rohani
kepada anggota-anggota tentara, asrama-asrama, rumah-rumah
penjara dan tempat-tempat
lain yang dipandang perlu
8)
Mengatur, mengerjakan
dan mengamat-amati segala
hal yang bersangkutan
dengan pencatatan pernikahan, rujuk dan talak orang Islam;
9)
Memberikan bantuan materiil untuk perbaikan dan pemeliharaan tempat-tempat
beribadat (masjid-masjid, gereja-gereja dll)
10)
Menyelenggarakan, mengurus dan mengawasi segala sesuatu yang bersangkut paut dengan
Pengadilan Agama dan Mahkamah Islam Tinggi
11)
Menyelidiki, menentukan, mendaftarkan dan mengawasi pemeliharaan wakaf-wakaf
12)
Mempertinggi kecerdasan umum dalam hidup bermasyarakat dan hidup beragama.[58]
2. Visi dan Misi Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan
Visi merupakan serangkaian kata yang menunjukkn
impian, cita-cita atau nilai inti dari sebuah organisasi, perusahaan atau
instansi. Visi adalah sebuah gagasan tertulis mengenai tujuan utama pendirian
sebuah organisasi, perusahaan atau instansi.
Adapun yang menjadi visi dari Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut :
Visi
“Terwujudnya masyarakat Indonesia
yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir bathin”.
Jika visi adalah gagasan mengenai tujuan utama, maka
misi adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mencapai visi tersebut.
Maka dapat dikatakan bahwa misi adalah langkah-langkah atau tahapan-tahapan
yang harus dilalui oleh sebuah organisasi, perusahaan atau instansi untuk
mencapai visi utama.
Misi dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Sealatan adalah :
Misi
1.
Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama
2.
Meningkatkan kualitas kehidupan beragama
3.
Meningkatkan kualitas Raudhatul Athfal, Madrasah, Perguruan Tinggi Agama,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Keagamaan
4.
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji
5.
Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan beribawa.
3.
Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.[59]
3. Struktur Organisasi
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan
Dalam merealisasikan visi dan misi juga ditunjang
dengan tata usaha dan seksi-seksi yang disesuaikan dengan visi dan misi suatu
instansi atau organisasi. Sebagaimana Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 13 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Kementerian Agama, seperti yang terdapat dalam pasal 1 ayat (2)
menyatakan bahwa intansi vertikal Kementerian Agama terdiri atas Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
Berdasarkan
susunan Organisasi Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan penulis
memfokuskan hanya bagian Seksi Bimbingan Masyarakat Islam.Bimas Islam
singakatan dari Bimbingan Masyarakat Islam yang merupakan salah satu bidang
yang ada di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan yang mengurus
hal-hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan.
B. Temuan Khusus
1. Program Kerja
Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan
Program
kerja adalah sebuah perwujudan dari komitmen dalam sebuah organisasi untuk
mewujudkan visi dan misi dari sebuah lembaga atau organisasi. [60]
Jadi, program kerja merupakan usaha-usaha untuk mengefektifkan rangkaian
tindakan yang harus dilaksanakan menurut bidangnya masing-masing dalam rangka
mewujudkan visi dan misi dari sebuah organisasi atau instansi.
Program
kerja Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu program unggulan, dimana Bimas
Islam melaksanakan pelayanan, bimbingan dan pembinaan serta pengelolaan data
informasi sesuai dengan Perturan Menteri Agama (PMA) Nomor 13 tahun 2012.
Berdasarkan
hasil Dokumentasi tentang fungsi dan tugas di seksi Bimas Islam di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan. Peraturan Menteri Agama (PMA)
Nomor 13 tahun 2012 Pasal 110 ayat 9 menjelaskan bahwa Seksi Bimas Islam
mempunyai tugas dan fungsi melaksanakana pelayanan, bimbingan teknis dan
pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang Bimbingan Masyarakat
islam. Berikut ini program di Seksi Bimas Islam di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan Sebagai berikut : [61]
a.
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan kepenghuluan
b.
Melaksanakan bimbingan pemberdayaan KUA dan Keluarga sakinah
c.
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan kemasjidan
d. Melaksanakan bimbingan dan
pelayanan produk halal
e.
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan zakat
f.
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan wakaf
g.
Melaksanakan bimbingan dan penerangan Agama Islam
h.
Melaksanakan bimbingan dan pelayanan MTQ
i.
Melaksanakan bimbingan dan pembinaan Lembaga keagamaan
Program
tersebut dilaksanakan oleh Kasi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) beserta
Jabatan Fungsional Umum (JFU) dan Kepala Urusan Agama (KUA) sebagai jung tombak
kegiatan Kementerian Agama yang berjumlah 15 KUA Kecamatan dilingkungan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
Dari
hasil wawancara penulis bersama Kepala Seksi Bimas Islam H.Sudirman mengatakan
bahwa :
Program Kerja
dibagian Bimbingan Masyarakat Islam ini berjumlah 9 program. Dimana Bimbingan
Masyarakat Islam hanya membina teknis kegiatannya saja, dimana program dari
Bimas sendiri merujuk pada PMA Nomor 13 tahun 2012. Program Bimas mendampingi
program Kementerian Agama untuk kesejahteraan umat dan merujuk pada misi dan
visi dari Kemeng sendiri. [62]
Dari
hasil wawancara di atas penulis
simpulkan bahwa program Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama merujuk
pada Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 13 tahun 2012. Program Bimas sendiri
berjumlah 9 program diantaranya yaitu 1). Melaksanakan bimbingan dan pelayanan
kepenghuluan, 2). Melaksanakan bimbingan dan pembedayaan KUA dan Keluarga
Sakinah, 3). Melaksanakan bimbingan dan pelayanan kemasjidan, 4). Melaksanakan
bimbingan dan pelayanan produk halal, 5). Melaksanakan bimbingan dan pelayanan
zakat, 6). Melaksanakan bimbingan dan pelayanan wakaf, 7). Melaksanakan bimbingan dan penerangan Agama Islam, 8). Melaksanakan
bimbingan dan pelayanan MTQ, 9). Melaksanakan bimbingan dan pembinaan lembaga
keagamaan. Program Bimas Islam sudah merujuk kepada visi dan misi dari
Kementerian Agama yaitu tujuannya untuk kesehteraan umat beragama Islam di
Kabupaten Pesisir Selatan.
2.
Pembagian
Kerja Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan.
Pemanfaatan
tenaga dan sumber daya manusia guna mencapai tujuan organisasi atau instansi
melalui serangkaian kegiatan merupakan proses manajemen.[63]
Menentukan program pekerjaan apa saja yang akan dilaksanakan oleh para anggota
organisasi atau instansi dan bagaimana cara melaksanakannya serta kapan setiap
pekerjaan itu harus selesai. Setelah suatu program pekerjaan ditetapkan maka
para anggota organisasi atau instansi terbagi habis kedalam unit-unit kerja.
Pembagian kerja ini disertai pendelegasian wewenang agar masing-masing
melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab.
Pembagian
kerja atau dalam bahasa manajemen adalah pendelegasian wewenang. Pengertian
pendelegasian menurut Malayu SP.Hasibuan adalah memberikan sebagian pekerjaan
atau wewenang oleh delegator kepada delegate untuk dikerjakannya atas nama delegator (Pimpinan).
Wewenang
merupakan alat untuk bertindak dan berbuat sedangkan delegasi wewenang (delegation of authority) merupakan kunci
dinamika organisasi atau delegation of
authority is the key of organization. Delegator
walaupun telah mendelegasikan sebagian
wewenang dan tugas-tugasnya, tetapi pada saat yang bersamaan delegator masih
tetap memiliki wewenang tersebut. Hal ini lah yang mengkoordinatori dan
mengintegrasikan semua tugas dalam organisasi. Delegator harus melaksanakan tugas-tugas dan kewajibannya sesuai
dengan wewenang yang diterimanya, jika tidak delagator berhak menarik kembali wewenang
tersebut. Pimpinan yang efektif dalam kepemimimpinannya, jika ia mampu dan
cakap mendelegasikan wewenang kepada seseorang (delegate) yang tepat, mampu dan bertanggung jawab atas hasil
wewenang yang diterimanya. [64]
Guna
untuk mempermudah dan mendevenisikan pekerjaan agar berjalan dengan maksimal,
maka beberapa pekerjaan harus dibagi kedalam sub-sub bagian yang nantinya akan
menangani secara khusus dan fokus, pembagian kerja tersebut akan dibentuk satu
struktur. Adapun berikut ini struktur organisasi seksi Bimas Islam di Kantor
Kementarian Agama Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut:
KEPALA
SEKSI
BIMBINGAN
MASAYARAKAT ISLAM
H.SUDIRMAN,S.A.g
|
PENYUSUN
BAHAN KELUARGA SAKINAH DAN ADMINITRASI PENYULUH AGAMA
MARSEHARTI,S.A.g
|
PENYUSUN
BAHAN PEMBINAAN MASJID DAN PENGELOLA ZAKAT & WAKAF
EFNURDAWATI,S.HI
|
ADMINISTRASI
URUSAN MTQ DAN KEPENGHULUAN
ZULKIFLI
|
PENGOLAH
DATA KELEMBGAAN KEAGAMAAN DAN ADMINITRASI PENGELOLA PRODUK HALAL
MIRUS,S.HI
|
PENGOLAH
DATA
AFRIYASNI
|
Sumber
: Struktur Organisasi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan, 15 Maret 2018.
Pembagian kerja di Bimbingan Masyarakat
Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan
struktur organisasi yaitu sebagai berikut :
1.
Kepala Seksi Bimas Islam : H. Sudirman,
S.Ag.
2.
Bidang adminitrasi dan kepenghuluan : Zulkifli.
3.
Bidang penyusun bahan pembinaan masjid dan pengelola zakat dan wakaf : Efnurdawati, S.Ag.
4.
Bidang penyusun bahan keluarga sakinah dan admintrasi penyuluh agama : Marseharti, S.Ag.
5.
Bidang pengelola data kelembagaan keagamaan dan admintrasi penggelola produk
halal : Mirus, S.HI.
6.
Bidang pengolah data : Afriyasni.
Adapun tugas dan fungsi Seksi Bimas
Islam beserta jajaranya di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan
sebagai berikut : [65]
a.
H.Sudirman,S.Ag sebagai Kepala Seksi Bimas Islam bertugas antara lain sebagai
berikut:
1) Merumuskan kegiatan pembinaan teknis
dibidang Bimas Islam.
2) Memberikan pelayanan, bimbingan dan
pembinaan di bidang Bimas Islam.
3) Membagi tugas dan pendelegasian
kepada staf dibidang masing-masing pada Bimas Islam.
4) Memantau pelaksanaan tugas staf pada
Bimas Islam.
5) Melaporkan hasil pekerjaan kepada
atasan .
6) Mengkoordiinir pengolahan data dan
informasi pada Seksi Bimas Islam.
7) Mengevaluasi prestasi kerja pada
Bimas Islam.
8) Melaksanakan koordinasi dengan satuan
kerja yang terkait.
9) Membuat pelaporan keuangan.
b.
Zulkiflimelaksanakan tugas administrasi urusan MTQ dan Kepenghuluan yang
terdiri dari :
a) Administrasi urusan MTQ tugasnya
sebagai berikut :
(1) Menyusun personil Qori dan Qori’ah
untuk perlombaan tingkat Kabupaten.
(2) Penyusun rencana persiapan MTQ di
Kabupaten Pessel.
(3) Mengadminitrasikan surat masuk dan
surat keluar yang berkaitan dengan MTQ.
(4) Monitoring atau pembinaan ke KUA
Kecamatan.
b) Kepenghuluan tuganya sebagai berikut
:
(1) Penyusunan dan memeriksa pendaftaran
nikah.
(2) Membina atau memberikan bimbingan
perkawinan kepada calon pengantin.
(3) Menyusun bahan pembinaan
kepenghuluan.
(4) Mengevaluasi proses pelaksanan
penghulu di KUA Kecamatan.
(5) Monitoring ke KUA Kecamatan.
(6) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas
kepenghuluan.
c.
Efnurdawati, S.HI sebagai penyusun pembinaan masjid dan pengelola Zakat dan
Wakaf yang terdiri dari :
1) Penyusun pembinaan masjid tugasnya
sebagai berikut :
(1) Penyusun data jumlah rumah ibadah
dan mushalla.
(2) Penyusun dan mengkonsep membuat
pemetaan data rumah ibadah.
(3) Menyusun, menerima dan merekap
laporan data rumah ibadah se-Kabupaten Pessel.
(4) Menyusun dan mengirimkan surat
permintaan rumah ibadah ke KUA Kecamatan se-Kabupaten Pessel.
(5) Monitoring atau pembinaan dan
memeriksa rumah ibadah di Kecamatan se-Kabupaten Pessel.
(6) Menyusun bahan perubahan status
mushalla menjadi masjid.
(7)
Penyusun dan mendistribusikan surat keluar dan surat masuk yang berhubungan
dengan pendataan rumah ibadah di Kecamatan se-Kabupaten Pessel.
Berikut
ini jumlah penduduk dan rumah ibadah Tahun 2018 di Kabupaten Pesisir Selatan .
Tabel.4.1
Jumlah
Penduduk dan Rumah Ibadah Tahun 2018
No
|
Kecamatan
|
penduduk
|
Rumah
|
ibadah
|
|||
lk
|
pr
|
jumlah
|
Masjid
|
Mushalla
|
Jumlah
|
||
1
|
Koto IX Tarusan
|
26.983
|
26.376
|
53.359
|
37
|
79
|
116
|
2
|
Bayang
|
21.719
|
21.601
|
43.320
|
41
|
50
|
91
|
3
|
Bayang Utara
|
4.421
|
4.388
|
8.809
|
15
|
13
|
28
|
4
|
IV Jurai
|
25.469
|
25.276
|
50.745
|
46
|
67
|
113
|
5
|
Batang Kapas
|
18.655
|
18.576
|
37.231
|
34
|
68
|
102
|
6
|
Sutera
|
28.380
|
27.629
|
56.009
|
42
|
82
|
124
|
7
|
Lenggayang
|
31.943
|
31.079
|
63.022
|
75
|
80
|
155
|
8
|
Ranah Pesisir
|
17.451
|
17.160
|
34.611
|
46
|
75
|
121
|
9
|
Linggo Sari Baganti
|
25.725
|
24.540
|
50.265
|
54
|
80
|
134
|
10
|
Air Pura
|
8.894
|
8.444
|
17.338
|
21
|
22
|
43
|
11
|
Pancung Soal
|
13.169
|
12.647
|
25.816
|
19
|
43
|
62
|
12
|
Basa Ampek Balai
|
8.052
|
7.943
|
15.995
|
13
|
11
|
24
|
13
|
Lunang
|
10.888
|
10.320
|
21.208
|
21
|
42
|
63
|
14
|
Silaut
|
7.392
|
6.861
|
14.253
|
23
|
43
|
66
|
15
|
Ranah Ampek Hulu
|
7.560
|
7.226
|
14.786
|
17
|
15
|
32
|
Jumlah
|
256.701
|
250.066
|
506.767
|
504
|
770
|
1.274
|
Sumber
: Dokumentasi Jumlah Penduduk dan Rumah Ibadah Tahun 2018 Seksi Bimas Islam
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan, 2 Agustus 2018.
2)
Penyusun bahan pengelolaan Zakat tugasnya sebagai berikut :
(1) Penyusun prosedur pengumpulan zakat.
(2)
Penyusun, meneliti mengolah data menyusun pengukuhan Baznas/LAZ.
(3) Monitoring ke KUA Kecamatan.
3)
Penyusun bahan pengelolaan wakaf tugasnya sebagai berikut :
(1)
Penyusun data sertifikat serta informasi untuk pengurusan surat tanah wakaf.
(2) Menyusun, meneliti, mengolah data
tanah wakaf.
d.
Marseharti,S.Ag sebagai penyusun bahan Keluarga Sakinah dan Adminitrasi
penyuluh Agama yang terdiri dari :
1)
Penyusun Bahan Keluarga Sakinah tugasnya sebagai berikut :
(1)
Menyusun atau memeriksa bahan yang terkait dengan keluarga sakinah.
(2) Menyusun bahan yang terkait dengan
keluarga sakinah.
(3) Monitoring ke KUA Kecamatan.
(4) Menyusun klasifikasi bahan yang
terkait dengan keluarga sakinah.
(5) Menyusun bahan laporan kegiatan yang
terkait keluarga sakinah.
2)
Penyusun adminitrasi penyuluh agama tugasnya sebagai berikut :
(1) Pembinaan penyuluh honorer di KUA
Kecamatan.
(2) Memeriksa laporan penyuluh agama
honorer.
(3) Penyusun data dan memeriksa data
laporan penyuluh agama honorer.
(4) Monitoring ke KUA Kecamatan.
e.
Mirus,S,HI sebagai pengolah data kelembagaan keagamaan dan adminitrasi pengolah
produk halal.
1)
Kelembagaan keagamaan tugasnya sebagai berikut :
(1) Menyusun data NTCR (Nikah,Talak,
Cerai dan rujuk).
(2) Penyusun laporan NR
(3) Penyusunan laporan tahunan NR
(4) Menyusun bahan monitoring NR
(5) Monitoring ke KUA Kecamatan.
2)
Admintrasi Produk Halal tugasnya sebagai berikut :
(1) Menyusun pengelompokan produk halal.
(2) Menyeleksi produk halal.
(3) Mensosialisakan produk halal.
Pengertian
produk halal terdapat dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan
Produk Halal pada pasal 1 ayat (2) yaitu: [66]
“Produk
Halal adalah produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan Syari’at Islam”.
Mengacu
pada pengertian tersebut pangan, non pangan dan jasa merupakan kebutuhan pokok.
Bagi seorang muslim mengosumsi produk makanan dan minuman serta menggunakan
jasa yang halal merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar, kecuali dalam
keadaan darurat. Islam memandu umatnya untuk hanya mengosumsi yang halal baik
makanan dan minuman. Kehalalan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi
konsumen umat muslim. Bagi umat Islam dasar hukumnya jelas dalam Al-Qur’an
surat Al-maidah ayat 3 menyatakan sebagai berikut :
ôMtBÌhãm
ãNä3øn=tæ
èptGøyJø9$#
ãP¤$!$#ur
ãNøtm:ur
ÍÌYÏø:$#
!$tBur
¨@Ïdé&
ÎötóÏ9
«!$#
¾ÏmÎ/
èps)ÏZy÷ZßJø9$#ur
äosqè%öqyJø9$#ur
èptÏjutIßJø9$#ur
èpysÏܨZ9$#ur
!$tBur
@x.r&
ßìç7¡¡9$#
wÎ)
$tB
÷Läêø©.s
$tBur
yxÎ/è
n?tã
É=ÝÁZ9$#
br&ur
(#qßJÅ¡ø)tFó¡s?
ÉO»s9øF{$$Î/
4 öNä3Ï9ºs
î,ó¡Ïù
3 tPöquø9$#
}§Í³t
tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
`ÏB
öNä3ÏZÏ
xsù
öNèdöqt±ørB
Èböqt±÷z$#ur
4 tPöquø9$#
àMù=yJø.r&
öNä3s9
öNä3oYÏ
àMôJoÿøCr&ur
öNä3øn=tæ
ÓÉLyJ÷èÏR
àMÅÊuur
ãNä3s9
zN»n=óM}$#
$YYÏ
4 Ç`yJsù
§äÜôÊ$#
Îû
>p|ÁuKøxC
uöxî
7#ÏR$yftGãB
5OøO\b}
¨bÎ*sù
©!$#
Öqàÿxî
ÒOÏm§
ÇÌÈ
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu)
yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari
iniorang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Telah
jelas bahwa umat muslim hanya boleh mengkonsumsi makanan dan minuman yang
halal, pada ayat di atas telah dijelaskan larangan memakan bangkai (selain ikan
dan belalang), darah, daging babi, daging hewan yang disembelih dengan menyebut
nama selain nama Allah, hewan sembelihan untuk berhala, daging hewan tercekik,
dipukul, jatuh, ditanduk/diterkam binatang buas, kecuali sempat menyembelih
dengan nama Allah.
f.
Afriyasni dibidang pengolah data tugasnya sebagai berikut :
(1).
Menyeleksi bahan-bahan adminitrasi
kegiatan.
(2).
Menyelenggarakan surat menyurat.
(3).
Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.
(4).
Menyusun laporan kegiatan Seksi Bimas Islam.
Melalui
penelitian di Seksi Bimas Islam Kepala Bimas Islam mengatakan :
Dalam pembagian
tugas di Bimas Islam belum berjalan sebagaimana mestinya, karena sebenarnya
mereka mempunyai JFU masing-masing akan tetapi karena terbatasnya SDM yang ada
di sini terpaksa mereka harus merangkap tugas kerja. Karena tugas yang telah
diberikan merupakan tanggung jawab yang harus mereka lakukan dan mau tak mau
mereka harus menjalankannya. [67]
Hal
serupa yang dikatakan oleh salah satu JFU di Bimas Islam Marseharti mengatakan
:
Program Bimas
sudah ada peraturanya kita hanya tinggal mengerjakan apa yang sudah digariskan.
Kalau dibilang sesuai atau gak sesuai tentulah tidak karena memegang dua
kendali itu tidak mudah. Akan tetapi kami senantiasa mengupayakan yang terbaik,
karena tugas merupakan suatu amanah yang telah diberikan kepada saya. [68]
Dapat
penulis simpulkan bahwa pembagaian tugas atau pendelegasian merupakan sebuah
upaya untuk menciptakan kualitas dari pekerjaan dan kualitas dari kinerja total
suatu instansi atau organisasi. Organisasi akan baik jika sumber daya manusia
didalamnya telah mampu melaksanakan pekerjaan masing-masing dengan jelas,
spesifik, serta tidak memiliki peran ganda yang dapat menghambat proses
pencapaian kinerja. Akan tetapi didalam kenyatanya tidak sesuai dengan teori
yang telah terapkan di Bimas Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan. Pegawai di Bimas Islam memegang lebih dari satu kendali
atau perangkapan tugas kerja di dalam
menjalankan tugasnya.
3.
Pelaksanaan
Program Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan
Penggerakan
merupakan fungsi ketiga dari manajemen. Fungsi penggerakan ini erat kaitannya
dengan sumber daya manusia. Berikut ini penggerakan atau pelaksanaan menurut Sondang P. Siagian adalah keseluruhan
usaha, cara, teknik atau metode untuk mendorong para anggota organisasi agar
ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan
efisien, efektif dan ekonomis.
Program
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) tersebut dilaksanakan oleh Kasi
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) beserta Jabatan Fungsional Umum (JFU)
dan Kepala Urusan Agama (KUA) sebagai ujung tombak kegiatan Kementerian Agama
yang berjumlah 15 KUA Kecamatan dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan.
Berikut
ini pelaksanaan program di Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan sebagai berikut : [69]
1. Kepala
Seksi Bimas Islam
Melaksanakan
teknis di Bimas Islam diantaranya :
a. Membagi
tugas pendelagasian kepada pegawai di bidang Bimas.
Pembagian tugas dilasakanakan pada rapat
yang dilaksanakan oleh Kepala Seksi Bimas Islam. Pelaksanaan rapat tidak
memiliki jadwal atau perencanaan hanya bersifat kondisional.
b. Memberikan
pelayanan, bimbingan dan pembinaan teknis di Bimas Islam.
Kepala Seksi Bimas memberikan pelayanan
seperti pembinaan teknis kepada pegawai Bimas Islam.
c. Membuat
laporan keuangan.
Laporan keuangan ini dilasanakan sekali
dalam setahun. Pembuatan laporan ini juga dilaksanakan sebelum maupun sesudah
pelaksanaan program.
2.
Bidang MTQ dan Kepenghuluan
A.
MTQ
a.
Kegiatan MTQ tingkat provinsi
Pelaksanaan kegiatan MTQ Provisi ini
dilaksanakana sekali dalam dua tahun yang bekerjasama dengan Kantor Urusan
Agama (KUA) se Kabupaten Pesisir Selatan dan KUA Provinsi serta pemerintahan
daerah Pesisir Selatan. Peserta lomba MTQ ini perwakilan dari kabupaten se
Provinsi Sumatera Barat.
c. Kegiatan
MTQ tingkat kabupaten
Pelaksanaan kegiatan MTQ kabupaten ini dilaksanakana dua kali dalam setahun.
Pelaksanaan MTQ kabupaten, Bimas Islam bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama
(KUA) se-Kabupaten Pesisir Selatan. Peserta lomba perwakilan dari kecamatan
se-Kabupaten Pesisir Selatan.
B.
Kepenghuluan
a.
Nikah
Pelaksanaan nikah Bimas Islam
bekerjasama dengan KUA se-Kabupaten Pesisir Selatan. Data nikah oleh KUA
se-Kabupaten Pesisir Selatan diserahkan kepada Bimas Islam sekali dalam
sebulan.
b. Talak
Pelaksanaan pengurusan talak Bimas Islam
bekerjasama dengan KUA se-Kabupaten Pesisir Selatan. Data talak oleh KUA
se-Kabupaten Pesisir Selatan diserahkan kepada Bimas Islam sekali dalam
sebulan.
d. Cerai
dan rujuk
Data Cerai dan rujuk yang dirangkap oleh
Bimas Islam bekerjasama dengan KUA se-Kabupaten Pesisir Selatan. Data Cerai dan
rujuk oleh KUA se-Kabupaten Pesisir Selatan diserahkan kepada Bimas Islam
sekali dalam sebulan.
3.
Bidang Kemasjidan, Zakat dan Wakaf.
A.
Kemasjidan
a. Pendataan dan perkembangan rumah
Ibadah.
Pendataan kemasjidan ini bidang
kemasjidan dan perkembangan bekerjasama dengan KUA se-Kab. Pesisir Selatan.
Dalam setahun, bidang kemasjidan melakukan monotoring dan evaluasi terhadap
kerjasama tersebut.
B.
Zakat.
a.
Pembinaan kesadaran berzakat.
Pembinaan kesadaran berzakat di Bimas
Islam melalui mejelis-majelis taklim dilakukan ditingkat Kecamatan dua kali
dalam satu bulan dan tingkat Nagari satu kali dalam satu bulan.
C.
Wakaf.
a.
Pembinaan proses wakaf.
Pembinaan proses wakaf dalam
pelaksanaannya Bimas Islam membantu proses jalanya tanah wakaf yang ingin
dijadikan sebagai tempat yang bermanfaat bagi masyarakat banyak khususnya warga
Pesisir Selatan.
4.
Bidang Keluarga Sakinah dan Penyuluh Agama.
A.
Keluarga Sakinah.
a.
Bimbingan Keluarga sakinah.
Bimbingan keluarga sakinah ini langsung
dilaksanakan oleh masing-masinh KUA se- Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan
dalam rangka menciptakan keluarga yang sakinah melalui bimbingan keluarga
sakinah.
b.
Keluarga sakinah teladan.
Program Keluarga sakinah teladan
dilaksanakan langsung oleh Bimas Islam. Keluarga sakinah teladan ini dalam
bentuk perlombaan atau pemilihan keluarga dalam kategori keluarga sakinah
dengan kategori yang ditentukan oleh Bimas Islam. Kepenghuluan.
B.
Penyuluh Agama
a.
Pembinaan penyuluh agama Fungsional (PNS).
Pembinaan ini dilaksanakan satu kali
dalam sebulan. Waktu dan tempat pelaksanaan di kondisionalkan.
c. Pembinaan
penyuluh agama Non (PNS).
Pembinaan non PNS ini dilaksanakan
sebulan sekali, pesertanya pembinaan terdiri dari delapan orang per KUA se-Kab.
Pesisir Selatan.
5.
Bidang Kelembagaan dan Produk halal.
A.
Kelembagaan.
Pembinaan lembaga atau organisasi Islam
di Pesisir Selatan, bidang kelembagaan
dan produk halal, Bimas Islam membina dan berkodinasi pada beberapa lembaga
diantaranya:
a.
Pembinaan Panitia Hari Besar Islam (PHBI).
b.
Koordinasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab. Pesisir Selatan.
c.
Pembinaan Badang Kontak Majelis Taklim (BKMT).
d.
Pembinaan LDS.
e.
Pembinaan BKS TPQ.
f.
Pembinaan IPQAH.
g
Koordinasi Muhammadiyah.
h.
Koordinasi Nahdatul Ulama.
B.
Produk halal.
a.
Pendataan dan pengawasan produk halal.
Pendataan dan pengawasan produk halal,
Bimas Islam bekerjasama dengan MUI dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Pesisir Selatan. Pengawasan ini dilaksanakan secara berkala dan kondisional
sesuai dengan produk-produk yang produksi di Pesisir Selatan.
3. Bidang
Pengolah data.
Pengelolah data Bimas Islam
dikelolah satu orang pegawai Bimas
Islam. Pengolahan data oleh bidang data
bekersama dengan bidang-bidang yang ada di Bimas Islam. Pada tahun 2017 total
surat keluar yang dirangkap oleh bidang data sebanyak 305 sedangkan surat masuk
sebanyak 551.
Melalui penelitian di Seksi Bimas Islam
Kepala Bimas Islam mengatakan :
Pelaksanaan
program Bimas sendiri berjalan terus, caranya dengan mengadakan
kegiatan-kegiatan di masyarakat. Pelaksananaan sendiri disesuaikan juga dengan
anggaran yang ada karena program Bimas sendiri banyak, kalau ada anggaran baru
dibuat kegiatan-kegiatan. Kegiatan sendiri gak selalu diadakan karena kegiatan
tentu menyesuaikan juga degan anggaran. Akan tetapi Bimas Islam lebih banyak
kepada kebimbingan teknisnya karena mempertimbangkan anggaran yang tidak ada.[70]
Sesuai
dengan hasil observasi yang dilakukan di Seksi Bimas Islam pada tanggal 18 Juli
2018, menunjukkan bahwa :
Salah
satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Bimas Islam Seperti halnya yang ditemukan
dilapangan bahwa program Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 18-19 Juli 2018 di Bimas Islam
melaksanakan bimbingan perkawinan belajar rahasia pernikahan dengan mengangkat
sebuah tema “Dengan Bimbingan Perkawinan Kita Tingkatkan Ketahanan Keluarga
Sakinah untuk Masa Depan Pembangunan Bangsa”.
Berdasarkan
wawancara dan temuan lapangan penulis dapat simpulkan bahwa pelaksanaan Program
Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan dilaksanakan berdasarkan anggaran yang ada, akan tetapi Bimas Islam
lebih menekankan kegiatan kepada Bimbingan Teknis (Bimtek) dalam menajalankan
program yang ada. Hal ini disebabkan oleh anggaran di Bimas Islam yang tidak
begitu banyak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di tengah-tengah masyarakat.
Bidang
Kelembaga dan Pengelolah Produk Halal menambahkan bahwa:
Pelaksanaan
program Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Islam di laksanakan oleh KUA
se-Kabupaten Pesisir Selatan. Terdapat sembilan program yang dilasakan KUA yang
langsung dibawah koordinasi Bimas Islam. Selama setahun Bimas Islam melakukan
empat kali monotoring pelaksanaan program Bimas Islam oleh KUA se-Kabupaten
Pesisir Selatan. Monotoring tersebut tidak dijadawalkan hanya bersifat
kondisional. Kemudian program pembinaan kelembagaan di Pesisir Selatan, Bimas
Islam dilasanakan langsung oleh Bidang Kelembagaan dan Pengelolahan Produk
Halal Bimas Islam. Juga terdapat bersifat koordinasi seperti lembaga Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Pesisir Selatan, Muhammadiyah Pesisir Selatan, Nahdatul
Ulama (NU) Pesisir Selatan. [71]
Berdasarkan
wawancara di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan program
Bimas Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan berjumlah
sembilan program, dimana pelaksana dari program Bimas Islam dilaksanakan oleh
KUA se-Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan. Program Bimas Islam bersifat
pembinaan teknik (Bimtek) dan berbentuk koordinasi di dalam menjalankan
program-program yang ada.
4.
Faktor-faktor
Pendukung dan Kendala Pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan
Pelaksanaan
tugas suatu organisasi tidak akan terlepas dari faktor pendukung dan kendala
dalam melaksanakan suatu kegiatan. Berdasarkan wawancara penulis dengan kepala
seksi Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan sebagai berikut : [72]
a. Faktor
Pendukung
Kepala
Seksi Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan, Sudirman mengatakan :
1) Pelatihan
Skill (Keahlian) pegawai
Salah
satu upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang ada di Bimas Islam
dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan skill
(keahlian) kepada pegawaiyang dilakukan oleh Kementerian Agama. Memberikan
pelatihan-pelatihan kepada pegawai sesuai dengan bidang yang dimiliki oleh
pegawai untuk menunjang tercapai tujuan bersama.
2) Mudahnya
komunikasi dan koordinasi
Terjalinnya
komunikasi dan koordinasi antar pegawai Bimas dengan baik sehingga dalam
menjalankan program yang ada di Bimas Islam tidak banyak mengalami suatu
kesulitan.Dengan didukung oleh teknologi yang semakin maju seperti whatsapp,
messenger, line dll. Hal itu dapat menunjang jalanya suatu pelaksanaan dengan
baik dan lancar. maka komunikasi dan
koordinasi dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
b. Kendala
Dari
wawancara dengan Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor kementerian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan mengatakan bahwa banyak sekali kendala dalam
melaksanakan program Bimbingan Masyarakat Islam di antaranya sebagai berikut :
1) Kurangnya
Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia
Keberhasilan
suatu program kegiatan sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang
melaksanakannya. Kenyataan pada lapangan yang terjadi setelah diberikan
pelatihan-pelatihan oleh Kemenenterian Agama terjadinya kurangnya kuantitas
pegawai di Bimas Islam Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
Kurangnya sumber daya manusia yang tidak
memadai dan tenaga yang profesional dibidangnya masing-masing yang akan
mengakibatkan kurang maksimalnya pelaksanaan program Bimas Islam di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan.
Hal
ini dapat disimpulkan bahwa kurang sumber daya manusia yang ada di dalam suatu
organisasi akan mengahambat jalannya pekerjaan. Karena sumber manusia merupakan
peranan terpenting untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Suatu
hasil akan berjalan dengan baik apabila sumber daya manusianya mempunyai
kemampuan atau keahlian dibidang masing-masing.Pencapaian tujuan organisasi
ditempuh melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sarana serta kerjasama
sejumlah orang sebagai pelaksana. Manusia merupakan faktor terpenting dalam
sebuah organisasi atau instansi untuk mencapi hasil yang maksimal seperti yang
diinginkan.
2)
Rangkap Tugas Pegawai
Organisasi
akan baik jika sumber daya manusia di dalamnya telah mampu melaksanakan
pekerjaan masing-masing dengan jelas, spesifik, serta tidak memiliki peran
ganda yang dapat menghambat proses pencapaian kinerja.[73]
Berdasarkan
temuan penulis bahwa di Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pesisir pegawai di Bimas mempunyai peran ganda atau terjadi
perangkapan tugas kerja. Hal tersebut yang menyebabkan beberapa kesulitan yang
dihadapi untuk menjalankan program kerja yang ada di Bimas Islam.
3) Dana
yang Kurang Memadai
Suatu
organisasi selain Sumber daya manusia yang sesuai dengan keahliannya di
bidangnya masing-masing akan tetapi tidak didukung oleh dana yang memadai suatu
organisasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Karena dana atau uang
merupakan sarana yang sangat berperan penting di dalam suatu organiasai atau
instansi. Dana merupakan pokok paling uatama yang harus ada dan tidak boleh
tidak di dalam suatu organiasai atau instansi dalam menunjang suatu
keberhasilan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Anggaran
atau dana merupakan suatu hal yang sangat berperan penting di dalam suatu
organisasi atau instansi, karena apabila dana tidak ada suatu organisasi atau
instansi tidak akan berjalan dengan baik. Semantang apapun rencana yang telah
dibuat sebelumnya apabila dana atau anggaran tidak ada suatu organisasi tidak akan
berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
4) Kurangnya
Sarana dan Pra Sarana
Disamping
sumber daya manusia dan dana yang memadai sarana dan pra sarana merupakan
penujang suatu keberhasilan organisasi atau instasi, karena ketiga hal pokok
itu suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Pentingnya sarana dan pra sarana di
dalam suatu organisasi karena hal tersebut merupakan alat untuk mencapai tujuan
yang telah direncanakan sebelumya.
JFU
Pengolah data di Bimas Islam Menambahkan bahwa :
Menjalankan
program yang begitu banyak membuat pribadi saya merasa kesulitan ditunjang
anggaran yang harus dibagi dengan banyak program yang begitu banyak sarana
untuk mengimbangi itupun tidak cukup. Seperti Komputer yang terbatas di sini
hanya terdapat 3 komputer sedangkan pegawai ada 5 pegawai, selain itu kendaraan
dinas hanya terdapat 1 sedangkan jarak tempuh dari KUA Kecamatan cukup jauh.
Salah satu yang sangat penting yaitu kurangnya buku-buku panduan untuk
melaksanakan kegiatan Bimas karena buku panduan itu sangat-sangat dibutuhkan
untuk menjalankan program yang ada. [74]
Berdasarkan
temuan penulis dapat menyimpulkan bahwa sarana dan pra sarana juga merupakan
suatu hal penting yang tidak bisa dipisahkan di dalam suatu kegiatan baik itu
di dalam suatu organisasi maupun instasi. Sarana dan pra sarana menunjang
kegiatan berjalan secara baik.
Daftar Kepustakaan
[1] Keputusan Menteri Agama Nomor 2
Tahun 2010
[2]H. Malayu S.P.hasibuan,
Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2014). h.
1
[3]Zainil Muchtarom, Dasar-dasar
Manajemen Dakwah. (Yogyakarta : Al-Amin Press dan IKFA, 1996), h.37
[4]Malayu Hasibuan, Op.Cit. h. 183
[6]http://ppid.pesisirselatankab.go.id/profil-ppid/6/profil-kabupaten-pesisir-selatan.html,
tanggal 27 maret 2018
[7]PMA,NO.13 Tahun 2012
[8]Sudirman, Kasi BIMAS,
Kemenag Kabupaten Pesisir Selatan,
wawancara langsung, 15 maret 2018
[10]Melayu Hasibuan, Manajemen Dasar
Pengertian dan Masalah, (Jakarta : Bumi Aksara,2001),h.183
[11]Siswanto, Pengantar
Manajemen,(Jakarta : PT. Bumi Aksara,2011),h.49
[12] Malayu S.P Hasibuan, Manajemen
Dasar Pengertian dan Masalah, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005) ,h. 1
[13] Malayu S.P Hasibuan, Ibid, h.2-3
[14] Malayu Hasibuan. Op.Cit. h. 38
[15] Malayu S.P Hasibuan, loc.
cit, h. 118
[16] Malayu Hasibuan, Ibid, h. 183
[17] George R.Terry Penerjemah J.
Smith D.F.M Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Remaja Rosdakarya), h. 166
[18] Malayu S.P Hasibuan, op.cit. h.
183
[19] Maringan Masry Simbolon,
Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2004), h.55
[20] Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur
Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta:Pustaka Al-Husna,1983), h.74-75
[21] Rosyad Shaleh, Manajemen
DakwahIslam, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 1986)
[22] Ibid, h.216
[23] Rahima Zakia, Dasar-Dasar
Manajemen Dakwah,(Jakarta : The Minangkabau Foundations, 2006), h.101
[24] Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen
Dasar Pengertian dan Masalah, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005),h. 216-119
[25] Rahima Zakia.,op.cit.h. 101-102
[26] Rahima Zakia, ibid.,h.100
[27] Munir dan Wahyu Ilaihi.,
Op.cit.h. 143-150
[28] Husaini Usman, Manajemen,
Praktik, dan Riset Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara,2013), h.281-284
[29] Husaini Usman,.Ibid.276
[30] Rahima Zakia,.Op.Cit.h.276
[31] Melayu SP.
Hasibuan.,Op.Cit.h.221
[32] Yusuf Syamsu,Landasan Bimbingan
dan Konseling, (Bandung: PT . Remaja Rosda Karya, 2008), h. 3
[33] Munir, Op.Cit.h.151
[34] Rosyad Shaleh.,Op.Cit.h.118
[35] Yusuf Syamsu.,Op.Cit.h.13
[36] Munir.,Op.Cit.h.152
[37] Malayu S.P Hasibuan.,Op.Cit.h. .
85-88
[38] Husaini Usman.,Op.Cit.h.470
[39] Melayu Hasibuan.,Op.Cit.h.191
[40] Loc.Cit.,h.191
[41] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu
Komunikasi, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2012),h.27-28
[42] G.R Terry, Prinsip-prinsip
Manajemen,(Bandung: Amiko,2008) , h. 2
[43] Rahima Zakia, Op.Cit., h.107
[44] T.Hani Handoko, Manajemen,(Yogyakarta:BPFE,
1968), h.282
[45] Ismail Solihin, Pengantar
Manajemen, (Jakarta:PT. Gelora Aksara Pratama, 2009),h.73
[46] Sogiyono, Metode Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 2
[48] Ibid., h. 5
[49] Emzir, Metodologi Penelitian
Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 3
[50] Sugiyono, Op. Cit., 85
[51] Ibid, h. 225
[52] Etta Mamang Sangadji, et al.
Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), h. 171
[53] Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relactions dan Komunikasi, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2006)., h. 30
[54] Haris Herdiansyah, Wawancara,
Observasi dan Focus Groups, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 131-132
[55] Narbuko Chalid, Metode Penelitian,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 70
[56] Moleong,Op.Cit.,h 186
[57] Suharsimi Arikunto, Manajemen
Penelitian, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2002), h. 2006
[58]
https://kemenag.go.id/home/artikel/42956
[59] Dokumentasi,Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Pesisir Selatan, 15 Maret 2018
[60]
http;//Prezi.com/3yuxo45pxvo/programkerjaapa-itu/
[61] Dokumentasi, Uraian Tugas Bimas
Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan, 16 Juli 2018
[62] Sudirman, Kepala Seksi Bimas
Islam, Kemenag Kabupaten Pesisir Selatan, wawancara langsung, 15 Maret 2018
[63] Drs. Malayu S.P Hasibuan,
Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Bumi Aksara.Jakarta: 2014).h.72
[64] Malayu S.P hasibuan, Ibid, h. 74
[65] Dokumentasi, Uraian tugas
Jabatan Fungsional Umum Seksi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Pesisir Selatan, 2 Agustus 2018
[66] Buku Panduan Bimas Islam, UU RI
Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
[67] Sudirman, Kepala Seksi Bimas
Islam, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan, Wawancara Langsung, 18 Juli 2018
[68] Marseharti, JFU Keluarga Sakinah
dan Penyuluh Agama, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan, Wawancara
Langsung, 18 Juli 2018
[69] Observasi, Bimas Islam , Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir
Selatan, 18 Juli 2018
[70] Sudirman, Kepala Seksi Bimas
Islam, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan, Wawancara Langsung, 2 Agustus 2018
[71]
Mirus, Pengolah data kelembagaan dan pengolah produk halal Bima Islam,
Kemenag Kabupaten Pesisir Selata, Wawancara
Langsung, 2 Agustus 2018.
[72] Sudirman, Kepala Seksi Bimas
Islam, Kemenag Kabupaten Pesisir Selatan, Wawancara
Langsung, 7 Mei 2018
[73] Sudirman, Kasi Bimas Islam,
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan, Wawancara Langsung, 15 Maret 2018
[74] Afriyasni, Pengolah data, Bimas Islam, Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Pesisir Selatan, Wawancara Langsung, 15 Maret 2018
No comments